Sabtu 25 Oct 2014 21:34 WIB

Demo Kenaikan Upah di Kamboja, 10 Pekerja Ditangkap

Bendera Kamboja (Ilustrasi)
Bendera Kamboja (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Sepuluh pekerja yang mogok ditangkap di Kamboja timur, Sabtu (15/10) setelah lebih dari 200 pemrotes membakar gerbang pabrik dan melemparkan batu ke arah polisi, menyebabkan delapan petugas terluka, kata seorang kepala polisi setempat.

Kekerasan terjadi di pabrik sepatu Juhui di Kabupaten Choeung Prey bagian timur Provinsi Kampong Cham ketika para demonstran marah dan membakar gerbang pabrik.

"Para pengunjuk rasa ingin menghancurkan pabrik dan pasukan keamanan kami ikut-campur, tetapi mereka tidak mendengarkan kita dan melemparkan bensin dan batu ke arah kami," kata kepala polisi kabupaten Heng Vuthy kepada Xinhua.

"Delapan petugas polisi terluka 10 demonstran ditangkap dalam insiden itu."

Salah satu petugas polisi terluka serius ketika bensin menghantam matanya, katanya, dan menambahkan bahwa gerbang pabrik itu hancur.

Polisi membubarkan para pengunjuk rasa setelah demonstrasi berubah menjadi kekerasan, ia menambahkan.

Menurut Heng Vuthy, para pekerja telah melakukan protes selama hampir dua bulan karena pabrik menghentikan kontrak mereka dan bergabung dengan protes. Namun, pabrik mengatakan para pekerja meninggalkan pekerjaan mereka.

Ini adalah insiden kedua di pabrik itu dalam waktu satu bulan. Pada 6 Oktober, sekitar 2.000 pekerja memprotes menyerbu ke kompleks pabrik dan menyebabkan sedikitnya dua orang luka-luka.

Pemogokan untuk menuntut upah yang lebih tinggi atau kondisi kerja yang lebih baik sering terjadi di pabrik garmen dan sepatu, yang merupakan penghasil mata uang asing terbesar di kerajaan itu.

Industri ini terdiri dari 960 pabrik dengan lebih dari 620.000 pekerja, kebanyakan perempuan. Mereka dibayar bulanan minimum untuk sektor ini 100 dollar AS.

Dalam sembilan bulan pertama, Kamboja mengekspor garmen dan sepatu dengan jumlah total 4,44 miliar dolar AS, naik enam persen dari 4,19 miliar dolar AS selama periode yang sama tahun lalu, menurut Departemen Perdagangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement