Ahad 26 Oct 2014 17:11 WIB

Perolehan Suara Pemilu Brasil Berlangsung Sengit

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Esthi Maharani
Bendera Brasil
Foto: blogspot.com
Bendera Brasil

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Perolehan suara dalam pemilihan umum presiden Brazil putaran dua berlangsung sengit, Ahad (26/10). Presiden sayap kiri mendapat gelombang dukungan dari rakyat miskin, sementara senator unggul dengan janjinya mendukung kebijakan yang menguntungkan pebisnis demi meningkatkan ekonomi.

Incumbent Dilma Rouseff (66 tahun) mencoba kembali memperoleh masa jabatan empat tahun kepresidenan. Selama 12 tahun, partai pekerjanya telah berusaha menaikan level taraf ekonomi untuk mengembangkan program kesejahteraan sosial. Hasilnya, sekitar lebih dari 40 juta orang terangkat dari kemiskinan.

Harapan baru ditawarkan Aecio Neves (54 tahun) yang merupakan mantan gubernur. Para pendukungnya percaya Neves akan mengangkat level ekonomi Brazil di Amerika Latin. Ia memperoleh banyak suara dari kalangan kelas menengah ke atas dan para konglomerat.

Pada Ahad pagi, poling menunjukan Neves mendapat suara lebih tinggi. Ia juga tampil mengejutkan dalam putaran pertama pada awal bulan dengan mengambil nilai suara terbanyak kedua setelah sebelumnya ada di posisi ketiga.

 

Namun, dikutip BBC, sebuah lembaga survei dan jajak pendapat Datafolha menunjukan dukungan terhadap Rouseff sebanyak 52 persen dan 48 persen untuk Neves. Sebuah survei terpisah oleh perusahaan jajak pendapat Ibope memberi suara untuk incumbent sebanyak 53 persen dan 47 persen untuk penantang nya. Kedua jajak pendapat memiliki margin kesalahan sekitar dua persen.

Pemilihan dimulai pada pukul 8.00 pagi waktu setempat. Lebih dari 140 juta orang terdaftar untuk memilih di Brazil. Surat suara diberikan pada semua orang yang berusia antara 18 hingga 70 tahun. Voting dilakukan dengan elektronik, bahkan di tempat pemungutan suara terpencil Amazon dan dusun miskin di timur laut Brasil.

Pemilihan ini mengingatkan kembali pada pertarungan suara yang didasari oleh ketidaksetaraan taraf ekonomi rakyat. Hal ini juga mengingatkan pada persaingan lama antara Partai Buruh dan Partai Sosial Demokrasi Brasil.

Di Brasil, para pemilih tidak mementingkan masa lalu kedua kandidat sekalipun masalah korupsi.

‘’Lupakan kekurangan kedua belah pihak. Ini tentang pilihan pribadi para pemilih,’’ kata  Alexandre Barros seorang konsultan politik di Brasilia, dikutip Reuters.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement