REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebagai bagian dari komunitas para mahasiswa di Flinders University, Pratikno termasuk mahasiswa yang sangat rajin dan tekun. Dia juga senang diskusi rutin tentang perkembangan politik Indonesia di Pendopo atau ruang seminar Asian Studies di kampus Flinders.
Suasana diskusi sangat menyenangkan dan kritis karena Flinders juga menjadi pusat kajian Indonesia yang terkenal dan diskusinya juga melibatkan dosen dan para ahli Indonesia ternama seperti Dr Anton Lucas, Dr Keith Foulcher, dan Profesor Colin Brown.
Bagi Pratikno, melakukan riset politik lokal dan desentralisasi di jaman Orba masih sangat langka dan tidak begitu populer mengingat bahwa topik ini sangat langka dan tidak banyak referensinya.
Ketika itu zaman Orba dan riset tentang dinamika politik di Jakarta (tentang Suharto, militer, bisnis, partai politk) lebih menarik. Ternyata pilihan riset Pratikno menjadi sangat menarik ketika Indonesia menerapkan desentralisasi sejak tahun 2001. Keahlian Pratikno yang didapatkan di Flinders University menjadi sangat berguna. Sejak itu Praatikno akhirnya menjadi Rektor UGM ini dianggap sebagai salah satu ahli desentralisasi dan politik lokal yang ternama di Indonesia dan di luar negeri.
Secara akademis Pratikno juga punya tempat di dunia internasional. "Saya pernah bekerja sama dengan beliau dengen menerbitkan tulisan-tulisan beliau tentang politik lokal dalam bahasa Inggris, yaitu dalam dua buku suntingan yang berjudul Regionalism in Post-Suharto Indonesia (Erb, Sulistiyanto, Faucher, Routledge, 2005) dan Deepening Democracy in Indonesia? Direct Elections for Local Leaders (Pilkada),(Erb dan Sulistiyanto, ISEAS, 2009)," paparnya.
Yang bisa dirinya ceritakan adalah bahwa jejak-jejak dan pengalaman hidup Pratikno di Adelaide dan Flinders University itulah yang membantu membentuk karakter pribadi dan intelektual dan juga gaya kepemimpinannya saat ini.
Australia akan sangat beruntung memiliki alumni yang akan berkiprah dalam pemerintahan Joko Widodo ini.