REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Setelah Amerika Serikat (AS) dan Inggris menarik pasukan mereka dari Afghanistan pada Ahad (26/10), "Kekosongan Kekuasaan" yang ditinggalkan kedua negara tersebut dapat memicu perang saudara di Afghansitan. Pendapat ini disampaikan Li Yang kepada BeijingNews, Selasa (28/10).
Meski mengakhiri operasi, AS masih terus mendukung pasukan keamanan Afghanistan dengan menaruh lebih dari 10.000 tentara berada di pangkalan militer AS di Afghanistan. Namun, jumlah itu dipandang belum cukup untuk menjaga stabilitas di Afghanistan. Selain itu, pasukan keamanan Afghanistan dianggap terlalu lemah untuk memenuhi kebutuhan pertahanan nasional.
Kekacauan di Irak dan Suriah yang disebabkan ISIS terus meningkat sejak AS menarik pasukannya dari Irak, hal ini diyakini karena pemerintah Irak tidak bisa mengisi "kekosongan kekuasaan" yang ditinggalkan oleh AS.
Kekhawatiran hal tersebut akan terjadi di Afghanistan cukup besar terjadi mengingat ada kesamaan yang pada Afghanistan dan Irak. Pemerintah Afghanistan dinilai belum mampu secara efektif untuk mengontrol luasnya wilayah negara. Celah ini dapat dimanfaatkan oleh Taliban dan ISIS mengambil kesempatan untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh AS.
Keputusan AS dan Inggris menarik pasukannya, tak pelak meninggalkan Afghanistan dan presiden barunya, Ashraf Ghani menghadapi sendiri Taliban.