REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Situasi kemanusiaan meningkat di Ukraina Tenggara; warga sipil berkumpul kembali di wilayah itu di tengah menurunkan pertempuran, kata seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri di Moskow.
Ia menambahkan kesepakatan gencatan senjata antar-pihak yang bertikai di Ukraina tampaknya berjalan.
"Beberapa hari belakangan telah memperlihatkan bahwa rejim gencatan senjata pada umumnya berjalan. Memang ada provokasi, tapi tak ada pertempuran besar seperti beberapa hari lalu," kata Viktor Sorokin, Direktur Departemen II Persemakmuran Negara Merdeka (CIS) di kementerian tersebut.
Untuk pertama kali, orang yang kembali ke Wilayah Ukraina Timur, Donetsk dan Lugansk, telah melebihi orang yang pergi, kata kantor berita TASS, yang mengutip Sorokin.
Pemerintah Ukraina dan gerilyawan yang berusaha memperoleh kemerdekaan sepakat pada Oktober untuk menerapkan apa yang dinamakan "rejim diam" di daerah yang dicabik pertempuran guna mencegah makin banyaknya orang yang kehilangan nyawa dalam pertumpahan darah enam bulan. Lebih dari 3.700 orang telah tewas dalam kemelut di Ukraian Timur.
Namun situasi kemanusiaan di wilayah itu masih menjadi keprihatinan, kata Sorokin, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu. "Prasarana dan bangunan tempat tinggal telah rusak parah dan pasokan listrik telah terputus", sehingga memicu dikeluarkannya seruan untuk menghadapi musim dingin yang berat dan sebentar lagi tiba, ia menambahkan.
Sementara itu, Sorokin menyampaikan harapan bahwa susunan pemerintah baru Ukraina dapat menegakkan kembali kerja sama dengan Rusia, terutama di bidang energi, angkutan dan kemanusiaan.
Data terkini PBB memperlihatkan warga Ukraina yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka diperkirakan mencapai 430.000 orang, naik sebanyak 170.000 dari awal September.