REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang Kamis (30/10) menyatakan penyesalan atas keputusan terbaru Israel untuk membangun 1.060 unit rumah baru di Yerusalem Timur, dan mengatakan pengumuman itu berdampak negatif pada situasi keamanan saat ini di Yerusalem terutama ketika ketegangan berkembang.
"Ini jelas bertentangan dengan upaya-upaya oleh masyarakat internasional terhadap perjanjian gencatan senjata mengenai Jalur Gaza dan mewujudkan solusi dua-negara," kata Sekretarus Pers Kementerian Luar Negeri Kuni Sato dalam satu pernyataan.
"Kegiatan permukiman adalah pelanggaran hukum internasional, dan Jepang telah berulang kali menyerukan Israel untuk sepenuhnya membekukan kegiatan permukiman," kata Sato.
Pada Senin, pemerintah Israel mengatakan bahwa pihaknya memajukan rencana untuk membangun 660 rumah di Ramat Shlomo dan 400 lainnya di Har Homa distrik Yerusalem Timur.
"Jepang sangat menyerukan kepada Israel untuk menahan diri dari setiap tindakan sepihak yang mengubah status Jerusalem Timur serta Tepi Barat dan untuk berhenti dari melaksanakan rencana tersebut di atas demi kemajuan dalam proses perdamaian," kata Juru bicara menambahkan.
Jepang tidak mengakui setiap tindakan yang berstatus akhir belum ada keputusan atas wilayah di perbatasan pra-1967.