REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-- Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama melakukan percakapan telepon dengan Presiden Burma Thein Sein dan anggota parlemen oposisi peraih Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, Kamis, menekankan perlindungan hak-hak minoritas Muslim Rohingya.
Presiden AS juga menekankan proses politik lebih terbuka saat negara mempersiapkan pemilihan parlemen tahun depan, kata Gedung Putih dalam satu pernyataan. Obama menekankan pentingnya pemerintah Burma mengambil langkah-langkah tambahan untuk mengatasi ketegangan dan situasi kemanusiaan di Negara Bagian Rakhine termasuk melalui revisi Rencana Aksi Rakhine dan langkah-langkah lain untuk mendukung hak-hak sipil dan politik populasi Rohingya.
Presiden menyambut komitmen Thein Sein dan pemerintahnya untuk proses perdamaian dan mengatakan setiap upaya harus dilakukan menyimpulkan gencatan senjata nasional dalam jangka pendek.
"Kedua pemimpin juga membahas kunjungan Obama yang akan datang ke Burma untuk menghadiri KTT Asia Timur dan pertemuan puncak AS-ASEAN, dan "status reformasi politik dan ekonomi yang sedang berlangsung di Burma," masalah yang ia angkat tajam dalam pembicaraan dengan Aung San Suu Kyi.
Presiden dan Suu Kyi berbicara tentang reformasi ekonomi dan kebutuhan untuk memastikan proses inklusif dan kredibel bagi pelaksanaan pemilu 2015, dan cara-cara di mana AS dapat mendukung upaya untuk mempromosikan toleransi, menghargai keragaman, dan lebih inklusif lingkungan politik.
Obama menyampaikan apresiasi atas kerja Aung San Suu Kyi untuk mempromosikan Burma lebih demokratis, dan menegaskan kembali komitmen Amerika Serikat untuk membantu rakyat Burma mencapai negara yang lebih bebas, terbuka, dan sejahtera.