REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK -- Separatis pro-Rusia akan menggelar pemilihan, untuk memilih pemimpin baru di daerah yang ingin memisahkan diri di timur Ukraina, pada Ahad (2/10). Pemilu bertujuan untuk membawa wilayah yang dilanda perang itu, lebih dekat ke Rusia.
Amerika Serikat dan Uni Eropa telah mengecamnya, dengan mengatakan pemungutan suara tidak sah. Hal ini menurut mereka dapat menimbulkan ketegangan lebih lanjut antara Barat dan Rusia.
Jajak pendapat separatis 'adalah kendala baru dalam masalah geo-politik antara Rusia dan Barat atas Ukraina.
Di Donetsk, kubu politik dan militer separatis menggelar pemilu di sebuah TPS di sekolah dasar. Di tempat teraebut disisipkan bendera pemberontak merah, hitam dan biru di atas simbol-simbol negara Ukraina pada kotak suara menjelang pemungutan suara.
"Daftar Pemilih diambil oleh pihak berwenang Ukraina, jadi kami memiliki beberapa kesulitan, tapi kami berusaha untuk mengadakan pemungutan suara yang sah bagi rakyat Donetsk," kata Natalia Chaban, seorang pejabat pemilihan seperti dilansir Reuters.
Kiev mengatakan pemungutan asuara melanggar protokol Minsk yang mendukung gencatan senjata antara pemberontak dan pasukan Ukraina. Pemerintah pro-Eropa Kiev mengatakan perjanjian Minsk, ditandatangani oleh pemimpin pemberontak dan utusan dari Kiev, Rusia dan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), menyatakan bahw pemilihan harus diselenggarakan di bawah undang-undang Ukraina.