REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM-- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendesak anggota parlemen untuk menunjukkan "tanggung jawab dan lebih menahan diri", terhadap ketegangan yang semakin tinggi baru-baru ini antara Palestina dan pasukan keamanan Israel di Yerusalem yang diduduki.
Kantor berita Reuters melaporkan, Palestina takut akan rencana Israel untuk mengubah status quo masjid al-Aqsa. Aktivis sayap kanan dan politisi Yahudi menyerukan ibadah Yahudi di situs suci umat Islam tersebut.
Saat ini, akses ke masjid dikelola oleh otoritas keagamaan Yordania. Namun pasukan keamanan Israel telah melarang warga Palestina masuk dengan alasan keamanan.
Setelah pernyataan Benjamin, Moshe Feiglin, anggota partai sayap kanan dan kepala kampanye untuk ibadah Yahudi Likud Israel, membuat posting Twitter yang menyatakan akan menuju ke Masjid Al-Aqsa pada hari Ahad (2/11).
Sebuah status quo rapuh sebelumnya telah ditetapkan di tempat tersebut. Jika benar-benar terealisasi kemungkinan akan kembali menimbulkan intifada atau pemberontakan.
Sebuah tanda meningkatnya ketegangan, terlihat saat advokat vokal untuk doa Yahudi di tempat suci itu ditembak dan mengalami luka serius oleh seorang pria bersenjata yang diduga warga Palestina. Ia diburu dan dibunuh setelah baku tembak dengan polisi Israel.
Kematian warga Palestina memicu lebih banyak bentrokan. Ini mendorong polisi Israel untuk menutup kompleks selama satu hari. Suatu tindakan yang Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan "sama saja dengan deklarasi perang."
Secara terpisah, Netanyahu mengatakan pada Kamis (30/11) Abbas telah menghasut kekerasan ketika dia mengatakan bulan ini bahwa pemukim Yahudi dilarang memasuki kompleks dengan cara apapun.
Palestina melakukan Intifada tahun 2000, ketika pemimpin oposisi sayap kanan Israel mengunjungi situs tersebut. Kompleks Al-Aqsa adalah rumah bagi Kubah batu emas, di mana Muslim percaya tempat Nabi Muhammad naik ke surga.