REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi pada Selasa (4/11) menangkap 15 tersangka sehubungan dengan penembakan mematikan pada Senin sehingga menewaskan lima pemeluk Syiah dan melukai sembilan orang lagi, kata Saudi Press Agency.
Perburuan tersangka mengakibatkan tewasnya dua polisi dan cederanya dua polisi lagi, sementara dua tersangka yang dicari juga tewas dalam baku-tembak kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi di dalam satu pernyataan.
Menurut laporan sebelumnya, sembilan orang ditangkap dalam kasus tersebut.
Pada Senin (3/11), penembakan terjadi di Gubernuran Al-Ahsa, salah satu puta umat masyarakat Syiah di Arab Saudi --yang diperintah kaum Sunni. Di Kerajaan tersebut, pemeluk Syiah menyelenggarakan peringatan hari Asyura, hari besar untuk mengenang wafatnya Imam Hussein, cucu Nabi Muhammad SAW, yang dihormati oleh pemeluk Syiah.
Para tersangka pelaku penembakan datang dengan naik mobil dan mulai menembaki sekelompok orang di lokasi, kata juru bicara Kepolisian Provinsi Timur kepada harian lokal, Sabaq.
Semua korban adalah pemeluk Syiah, meskipun beberapa tokoh Syiah di Arab Saudi mengkonfirmasi serangan tersebut tak secara khusus ditujukan kepada orang Syiah, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.
Serangan itu dimaksudkan untuk memicu ketegangan antar-pemeluk aliran agama, kata mereka.
Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri menyebut kasus tersebut sebagai serangan teror dan mengaitkannya dengan peristiwa teror lain di Riyadh, Ahsa dan Wilayah Timur, sedangkan harian Al-Arabiy mengatakan jumlah orang yang ditangkap diduga akan bertambah.
Al-Ahsa telah menjadi salah satu pusat protes anti-pemerintah untuk mendukung kauM Syiah. Warga minoritas Syiah telah mengelukan terjadinya diskriminasi dalam kesempata pendidikan dan lapangan kerja di pemerintah di negara yang mayoritas warganya adalah penganut Sunni tersebut.
Namun Pemerintah Arab Saudi telah membantah semua tuduhan semacam itu.