REPUBLIKA.CO.ID,CANBERRA–Tenaga Medis Australia menjadi tumpuan untuk membantu merawat korban Ebola di Afrika Barat.
Hingga saat ini, pemerintah Australia selalu menolak mengirimkan dokter-dokternya untuk melawan epidemik yang telah membunuh 5000 orang di Liberia, Guinea dan Sierra Leone itu.
Australia menginginkan semua negara menarik pasukan medisnya dari Afrika. Australia ingin pemerintah negara lain setuju untuk mengevakuasi staf medis yang kontak dengan penyakit.
Meski demikian, Australia akhirnya setuju untuk mengelola rumah sakit milik Inggris di Sierra Leone. Sydney Morning Herald melaporkan Inggris juga setuju untuk mempekerjakan sukarelawan dari Australia seperti halnya mempekerjakan warga Inggris.
Jika terjadi masalah sukarelawan Australia terinfeksi Ebola, maka mereka akan dievakuasi dan menerima perawatan di Jerman di bawah peraturan Inggris.
Australia telah mendapat kritik domestik karena tidak mengirim tenaga kesehatan ke Afrika untuk menghadapi Ebola. Meski demikian, Australia mengirimkan bantuan dana sebesar 8 juta dolar Australia untuk pelayanan garis depan dan 40 juta dolar Australia untuk WHO.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan pemerintah tidak akan menempatkan tenaga medis mereka dalam bahaya dengan resiko tertular. ''Situasi di sana beresiko dengan tidak adanya rencana evakuasi dan perawatan medis yang layak,'' kata dia.
Sementara, Asosiasi Kedokteran Australia, Asosiasi Kesehatan Masyarakat, Healthcare dan Asosiasi Rumah Sakit juga organisasi non-pemerintah Medecins Sans Frontieres menyerukan pemerintah untuk berbuat lebih banyak untuk melawan epidemi.
Australia juga telah dikritik karena keputusan bulan lalu untuk menangguhkan visa masuk bagi orang-orang dari negara-negara yang terkena dampak Ebola di Afrika Barat.