Rabu 05 Nov 2014 13:29 WIB

Senator Republik Mitch McConnell akan Pimpin Senat AS

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Logo Partai Republik AS
Foto: althistory.wikia.com
Logo Partai Republik AS

REPUBLIKA.CO.ID, Partai Republik 'Kuasai' Senat AS

WASHINGTON-- Partai Republik memenangkan suara dalam pemilihan umum sela pada Selasa (4/11). Mereka merebut kendali atas Senat AS, yang sebelumnya dikuasai Partai Demokrat yang mendukung Presiden Barack Obama.

Dilansir dari kantor berita Reuters, Partai Republik menang di beberapa tempat yang sebelumnya dikuasai Demokrat. Republik menyapu sejumlah kursi gubernur di sejumlah negara bagian di mana Demokrat disukai, seperti Kansas dan negara asal Obama, Illinois.

Mereka juga memperkuat cengkraman mereka di Parlemen. Saat Kongres baru akan mengambil kekuasaan pada Januari, mereka akan bertanggung jawab pada dua kamar Kongres untuk pertama kalinya sejak pemilu 2006.

Senator Republik Mitch McConnell dari Kentuky, akan menggantikan Harry Reid dari Demokrat, untuk menjadi pemimpin mayoritas Senat.

"Beberapa hal tak berubah setelah malam ini. Saya tak berharap presiden bangun besok dan melihat dunia secara berbeda dari dia bangun pagi ini. Saya juga tidak mau. Tapi kami memiliki kewajiban untuk bekerja sama dalam isu-isu yang bisa kita sepakati," kata mc Connell dalam pidato kemenangannya di Louisville.

Partai Republik membutuhkan enam kursi untuk memenangkan kendali Senat beranggotakan 100 orang. Namun diakhir pemilihan, mereka mendapat tujuh kursi.

Margin menunjukkan kemenangan saat calon Republik di Iowa Joni Ernst dinyatakan menang, mengungguli Bruce Braley dari Demokrat. Thom Tillis dari Republik juga menang atas Kay Hagan dari Demokrat di Nort Carolina. Kandidat Senat Republik juga merebut kursi Demokrat di Montana, Colorado, Virginia Barat, South Dakota dan Arkansas.

Lonjakan suara Republik akan memaksa Obama meninjau kembali agenda legislatif dan membatasi ambisinya untuk mengambil tindakan eksekutif yang memerlukan persetujuan legislatif. Ini juga akan menguji kemampuan Obama untuk berkompromi dengan lawan-lawan politiknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement