Rabu 05 Nov 2014 16:34 WIB

Penangkapan Wali Kota Jadi Harapan Penemuan Siswa di Meksiko

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Julkifli Marbun
Pembunuhan
Pembunuhan

REPUBLIKA.CO.ID, MEKSIKO CITY -- Polisi Meksiko menangkap mantan wali kota kota Iguala, Jose Luis Abarca yang menjadi buron usai menghilangnya 43 siswa di kota tersebut bulan September lalu. Ia ditangkap bersama istrinya, Maria de los Angeles Pineda di sebuah rumah sewa di Iztapalapa, daerah tetangga Meksiko City.

Ketika ditahan, mereka tidak memberontak. Abarca ditahan oleh pihak federal di ibukota, Meksiko City. Ia dituduh memerintahkan polisi setempat untuk berhadapan dengan para siswa di hari hilangnya mereka pada 26 September.

Dikutip AFP, Jaksa Agung Jesus Murillo Karam mengatakan Abarca dan istrinya ditangkap tanpa satu tembakan pun pada 2:30 pagi di salah satu dari tiga rumah yang diletakkan di bawah pengawasan rahasia kerja intelijen.

Polisi juga menahan satu wanita yang diidentifikasi sebagai Noemi Berumen Rodriguez di Iztapalapa dengan tuduhan membantu persembunyian.

Saksi mata mengatakan siswa-siswa itu digiring memasuki mobil polisi. Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto memuji hasil kerja pada pasukan keamanan dan jaksa atas penangkapan Abarca.

"Saya harap, penangkapan ini akan mengklarifikasi banyak hal yang diinvestigasi oleh jaksa federal,'' kata Pena Nieto, dikutip BBC. Abarca dan Pineda sedang diwawancara terkait menghilangnya siswa-siswa tersebut.

Pihak berwenang memburu walikota tersebut karena petugas kepolisian Iguala sebelumnya mengatakan mereka menerima perintah dari walikota untuk mencegat siswa-siswa. Mereka diminta menghentikan siswa karena mengganggu pidato yang diberikan Pineda hari itu.

"Penangkapan ini akan membantu menemukan anak-anak kita," kata orang tua salah satu korban, Felipe de la Cruz, pada televisi Meksiko Milenio. Pada akhir September, para siswa dari sebuah perguruan tinggi pelatihan guru melakukan perjalanan ke Iguala untuk mengumpulkan dana dan protes.

Mereka tidak pernah terlihat sejak itu. Sebuah pencarian telah menemukan serangkaian kuburan massal di daerah tersebut tapi tes awal menunjukkan mereka bukan siswa-siswa tersebut.

Namun sejak itu, lebih banyak mayat telah ditemukan dan para pejabat meragukan keakuratan tes awal. Tes forensik diulang kembali hingga saat ini masih dilakukan.

Kejadian pada 26 September telah mengagetkan warga Meksiko. Hilangnya siswa tanpa jejak memicu protes sehingga pihak berwenang mulai bergerak lebih banyak untuk menemukan mereka.

Sebanyak 43 siswa pergi ke Iguala untuk protes melawan diskriminasi. Mereka menghadiri sekolah tinggi pelatihan guru di Ayotzinapa dengan para aktifis sayap kiri. Keberadaan mereka diduga membuat khawatir pihak berwenang setempat.

Ketika hendak kembali ke sekolah, mereka dihentikan oleh polisi. Tiga orang ditembak oleh polisi dan tiga lainnya dibunuh di dekat kendaraan. Satu bus lain yang mencoba melarikan diri dicegat dan dibawa ke pos polisi setempat.

Berdasarkan keterangan polisi yang ditahan, mereka menyerahkan para siswa ke geng kartel obat terlarang setempat, Guerreros Unidos. Pemimpin geng yang juga telah ditangkap mengatakan mereka ‘menghilangkan’ para siswa setelah diberitahu siswa-siswa itu milik geng lawan.

Pemimpin geng tidak menjelaskan apa yang dilakukan terhadap mereka.Namun salah satu ciri khas membunuh geng adalah wajah siswa dikuliti dan matanya dicungkil. Ia mengatakan Pineda telah menjadi operator aktifitas kriminal di Iguala.

Berdasarkan sumber, Abarca dan Pineda punya hubungan dengan Guerreros Unidos. Pineda juga punya tiga saudara laki-laki yang bekerja untuk kartel obat terlarang Beltran Leyva.

Keluarga korban kecewa atas kenihilan kemajuan atas pencarian 43 siswa. Mereka menunjukan kemarahan karena proses investigasi yang lamban. Gubernur Guerrero, dimana Iguala bernaung telah mengundurkan diri bulan lalu karena kasus ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement