Jumat 07 Nov 2014 20:33 WIB

Resesi Pukul Pasar Mobil Bekas Mesir

Bendera Mesir
Bendera Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- "Saya datang ke sini untuk menjual mobil lama saya dan membeli yang lebih besar buat keluarga saya," kata Sayyid Dahed, pegawai yang berusia 38 tahun di satu perusahaan air milik negara.

"Sebagai pegawai, saya tak bisa membeli mobil baru, apalagi di tengah kenaikan harga yang berlangsung," kata Sayyid Dahed, saat memperlihatkan mobil Volswagen Beetles 1972 dengan warga oranye yang akan dijualnya di pasar mobil bekas di Mesir.

Di pinggiran Kota Nasr di Ibu Kota Mesir, Kairo, ribuan pemilik mobil, penjual, pembeli dan pedagang berkumpul pada Jumat dan Ahad di satu lokasi besar pasar mobil bekas; ratusan mobil diparkir di kedua sisi Jalan Ahmed Az-Zomor, sebelum sampai ke halaman utama yang berisi sebanyak seriu mobil bekas yang akan dijual.

Kebanyakan dari mereka mengeluhkan resesi di pasar itu akibat kenaikan harga baru-baru ini, akibat pemangkasan subsidi energi paling akhir oleh pemerintah.

Pemerintah menaikkan harga bahan bakar, gas alam, listrik dan kebutuhan lain. Kebanyakan orang yang datang ke pasar mobil bekas menyatakan rencana pembaruan ekonomi negeri tersebut mempengaruh pasar mobil bekas.

"Saya dulu membeli Hyundai Accent warga biru tua dengan harga 41.000 pound Mesir (5.600 dolar AS), sedang sekarang harganya tak lebih dari 38.000 pound Mesir," kata Ahmed As-Saffi, yang datang dari Provinsi Terusan Suez, Ismailia, ke Kairo untuk mengunjungi pasar itu. Ia merujuk kepada penyebab kenaikan harga mobil baru sebesar 3.000 pound Mesir, yang tercermin pada harga mobil bekas.

"Ada makin banyak mobil yang dipajang tapi penjualan terbatas akibat kenaikan harga dan keterbatasan kemampuan finansial rakyat," kata As-Saffi kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat malam. Ia menyatakan ia lebih suka datang ke pasar mobil bekas di Kairo.

Mesir saat ini sedang mengerjakan proyek nasional penggalian Terusan Suez baru, sebagai perluasan dari terusan yang asli guna menghidupkan kembali ekonomi negeri itu yang memburuk. Untuk mendanai proyek tersebut, pemerintah mengumpulkan lebih dari delapan miliar dolar AS dari rakyat yang antusias membeli sertifikat penanaman modal di dalam proyek nasional itu --yang merupakan impian bagi masa depan yang lebih baik.

Mohamed Haggag, Manager Dana Motors --perusahaan pedagan mobil di dekat pasar mobil bekas, mengatakan resesi saat ini di pasar mobil bekas berkaitan dengan kekurangan uang tunai setelah sertifikat penanaman modal terusan tersebut meraup sangat banyak uang kontan.

"Banyak orang sekarang kekurangan uang kontan setelah membeli sertifikat penanaman modal dalam proyek baru tersebut dan juga mengajukan permohonan bagi satu proyek perumahan baru yang diumumkan pemerintah kata Haggag kepada Xinhua. Ia mengeluh bahwa pasar itu biasanya ramai pada November dan Desember kecuali pada tahun ini.

Setelah tawar-menawar dengan seorang pembeli mengenai mobil tua German Opel Vectra, Abu Abdel-Rahman --pedagang mobil bekas yang berusia 40-an tahun-- mengatakan kepada Xinhua pembeli mobil bekas di pasar tersebut harus sangat berhati-hati agar tidak menjadi sasaran penipuan.

"Sebagian pedagang yang tak jujur menjual mobil bekas kecelakaan yang diperbaiki tanpa memberitahu pembeli kondisi yang sebenarnya. Jadi, siapa pun membeli mobil di sini mesti secara seksama memeriksanya di satu bengkel khusus atau membawa montir bersama dia untuk memeriksa, sebelum membeli mobil," demikian saran lelaki tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement