REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW--Media sosial ternyata mempunyai pengaruh lebih kecil daripada interaksi sosial antarinvidu dalam mempengaruhi keikutsertaan remaja Muslim Inggris menjadi anggota kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Hal itu didasari riset Pusat Kajian Radikalisasi Internasional (ICSR). "Meskipun perekrutan secara online berpengaruh, namun orang-orang tersebut bergabung kesana karena mereka mengenal orang-orang di Suriah,” papar Direktur ICSR Peter Neumann yang dilansir RIA Novosti, Jumat (7/11).
Sehingga, ia menyimpulkan, sebenarnya anggapan bahwa internet berperan besar dalam memfasilitasi perekrutan pasukan jihad ISIS merupakan keliru dan berlebih-lebihan.
ICSR telah menyelidiki aktivitas internet dari beberapa kelompok radikal di Suriah selama dua tahun. ICSR menghimpun data dari sekitar 200 laman media sosial mereka yang berada di area Skandinavia, Kepulauan Inggris, Prancis, Belgia, dan Australia.
Data ini digunakan untuk menemukan alasan utama para anggota kelompok tersebut hingga memutuskan ikut angkat senjata di Timur Tengah.
Peneliti meyakini, video yang diunggah kelompok ISIS ke publik bukanlah sarana utama motivasi bagi anak muda Muslim Inggris untuk bergabung.
“Terdapat hubungan yang sudah pernah terjalin sebelumnya di antara para anggota kelompok radikal. Mereka mengikuti teman mereka yang sudah lebih dulu bergabung di Suriah,” tegas Neumann.