Ahad 09 Nov 2014 08:10 WIB

Ini Cara Myanmar Datangkan Para Pekerja Asing

Myanmar President Thein Sein delivers his speech to the media during his visit at the Malacanang Presidential Palace in Manila December 5, 2013.
Foto: Reuters/Aaron Favila/pool
Myanmar President Thein Sein delivers his speech to the media during his visit at the Malacanang Presidential Palace in Manila December 5, 2013.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemerintah Myanmar akan memperkenalkan sistem tinggal menetap bagi orang asing untuk pertama kali dalam sejarah, yang segera menarik, dan membantu mereka bekerja, berusaha dan tinggal di negara itu. "Itu dilakukan berdasarkan atas hukum dan langkah harus secepat mungkin diambil, "kata Wakil Presiden U Nyan Tun kepada komite manajemen terkait, yang diketuainya, Ahad (9/11).

"Sistem itu adalah salah satu yang akan memperkuat kondisi yang menguntungkan Myanmar, pada waktu yang tepat dan akan memungkinkan para sarjana, ahli, intelektual, investor dari negara-negara lain serta mantan warga Myanmar untuk berkontribusi pada pembangunan nasional," kata U Nyan Tun.

Berbagai upaya juga dilakukan untuk melindungi keamanan nasional dan kepentingan serta investasi usaha kecil dan menengah, kata Sekretaris Komite U Khin Yi, yang juga Menteri Imigrasi dan Kependudukan. U Khin Yi telah menyampaikan sistem itu kepada parlemen yang akan diterapkan pada tahun fiskal 2014-15, dan mengatakan bahwa pemerintah juga akan mempromosikan sistem pemberian visa "online".

Sejak Myanmar memperkenalkan sistem visa-on-arrival pada 1 Juni 2012, wisatawan dari 67 negara termasuk negara-negara ASEAN telah memperoleh manfaat dari sistem itu sejauh ini. Sejak dijabat oleh pemerintah sipil pada tahun 2011, kunjungan wisatawan di Myanmar mencapai 1,06 juta pada tahun 2012 dan 2,04 juta pada tahun 2013.

Negara itu menyasar tiga juta kedatangan wisatawan pada akhir 2014. Statistik juga menunjukkan bahwa sejak tahun 1988, kontrak investasi asing di Myanmar mencapai hampir 50 miliar dollar AS dengan 783 perusahaan asing pada September 2014.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement