REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan bahwa keputusan penambahan pasukan baru ke Irak merupakan babak baru dalam perang melawan kelompok Daulah Islam (ISIS) dan bukan merupakan indikasi kegagalan strategi.
Obama, dalam wawancara dengan stasiun televisi CBS pada Ahad (9/11) kemarin, mengatakan babak pertama telah selesai, yaitu pembentukan pemerintahan Irak yang inklusif dan kredibel.
Dia menjelaskan bahwa pengiriman 1.500 tentara baru, yang diumumkan pada Jumat lalu, adalah pergantian strategi bertahan menjadi menyerang.
"Serangan udara selama ini sangat efektif mengurangi kemampuan ISIS dan menghambat pergerakan kelompok tersebut. Sekarang yang kita butuhkan adalah pasukan darat dari Irak yang dapat memukul mundur mereka," kata Obama.
Presiden Amerika Serikat itu juga tidak menutup kemungkinan bagi penambahan pasukan baru.
Sementara itu di Irak, serangan udara pada Sabtu berhasil menghancurkan konvoi di Mosul. Sampai saat ini masih belum jelas apakah pemimpin Daulah Islam, Abu Bakr al-Baghdadi, berada dalam rombongan yang berjumlah 10 mobil tersebut.
Pengiriman pasukan tambahan diputuskan setelah Daulah Islam berhasil menguasai sebagian besar wilayah utara Irak selama lima bulan terakhir. Kelompok tersebut juga berhasil merebut sebagian kawasan Suriah.
Kehadiran pasukan Amerika Serikat di Irak pada awal milenium dimulai tahun 2003 dalam operasi penggulingan mantan pemimpin Saddam Hussein.
Mereka tetap bertahan sampai sembilan tahun kemudian untuk melatih pasukan baru Irak dan membantu pemulihan stabilitas keamanan di negara tersebut.