REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Belanda pada Senin menggelar upacara penuh haru untuk mengenang 298 orang yang tewas ketika pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 ditembak jatuh pada Juli lalu di Ukraina timur yang dilanda perang.
"Bagaimana kalau liburan dimulai satu hari sebelumnya? Bagaimana kalau pesawat itu terlambat? Bagaimana kalau saya bangun dan menyadari bahwa semua ini hanya sebuah mimpi?" kata Perdana Menteri Mark Rutte dalam upacara di Amsterdam, yang dihadiri 1.600 orang yang berduka.
"Tapi tidak ada 'bagaimana kalau?' Hanya kenyataan pahit bahwa 298 orang meninggal dunia," katanya dalam upacara, yang juga dihadiri oleh Raja Willem Alexander dan Ratu Maxima.
Sementara itu, 298 lilin dinyalakan untuk mengenang para korban, yang dua-pertiganya adalah warga negara Belanda.
"Mereka tidak akan dilupakan, kenangan yang indah, hangat dan menyentuh akan selalu ada," kata Rutte.
Bendera-bendera dikibarkan setengah tiang di seluruh wilayah Belanda.
Banyak di antara korban tewas dalam penerbangan itu adalah anak-anak. Liburan musim panas baru saja dimulai ketika mereka memasuki pesawat yang terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur.
Anton Kotte, yang kehilangan tiga anggota keluarga dalam kecelakaan itu, termasuk puteranya, mengatakan bahwa, sejak tragedi terjadi, waktu berjalan seolah mereka naik kereta yang tidak pernah berhenti bersama-sama dengan mereka yang berduka.
"Kita tidak mengenal satu sama lainnya, tapi kita adalah teman yang sama-sama mengalami malapetaka dan kita memandang ke luar jendela," ujar Kotte.
"Hari ini, kereta sudah berhenti, di Amsterdam. Kita punya kesempatan lain untuk berefleksi. Kami mengenakan gelang putih dengan tulisan 'Kami tak akan pernah melupakanmu'," katanya.
Para peserta upacara dari berbagai negara yang terkena musibah itu membacakan nama-nama dan usia para korban yang tewas.
Upacara disiarkan secara langsung di televisi dan radio Belanda, ditandai dengan pertunjukan musik oleh para artis ternama Belanda.
Lantunan lagu "The Last Post", yang dibawakan dengan terompet, mengiringi saat-saat mengheningkan cipta.
Ukraina dan Barat mengatakan pesawat Boeing 777 itu ditembak jatuh oleh para pejuang separatis dengan menggunakan peluru kendali darat-ke-udara BUK yang dipasok Rusia.
Moskow membantah keras tuduhan itu dan sebaliknya mengarahkan tudingannya kepada Kiev.
Sejauh ini, 289 korban telah diidentifikasi di antara bagian-bagian tubuh yang ditemukan di lokasi oleh satu tim yang dipimpin oleh para penyelidik dari Belanda.
Namun, Menteri Luar Negeri Belanda Bert Koenders pada Sabtu memperingatkan bahwa jenazah beberapa korban kemungkinan tidak akan pernah ditemukan.
Pada Sabtu, lima peti mati berisi jasad korban serta barang-barang pribadi mereka diterbangkan ke Belanda, tempat mereka akan diidentifikasi.
Para ahli dari Belanda telah empat kali mendatangi lokasi kecelakaan sejak ditandatanganinya kesepakatan gencatan senjata antara para pemberontak dan pasukan pemerintah.
Laporan awal yang dibuat oleh para penyelidik Belanda pada September menemukan bahwa pesawat jet tersebut dihantam oleh sejumlah "benda dengan kekuatan tinggi".