Selasa 11 Nov 2014 03:08 WIB

Perang Kembali Pecah di Sudan Selatan

Rep: c15/ Red: Taufik Rachman
Tentara Sudan Selatan
Foto: Jerome Delay/AP
Tentara Sudan Selatan

REPUBLIKA.CO.ID,SUDAN-- Empat puluh delapan jam setelah gencatan senjata di Sudan Selatan, pertempuran pecah pada hari Senin antara pasukan pemerintah dan pejuang pemberontak. Baku tembak ini menyebabkan 29 korban tewas, Senin (11/10).

Juru bicara militer Kolonel Philip Aguer mengatakan pertempuran itu menewaskan 24 oposisi dan lima tentara pemerintah. Aguer mengatakan oposisi melancarkan serangan terhadap pemerintah di bagian utara dari negara Upper Nile. Seorang juru bicara oposisi mengatakan bahwa pasukan pemerintah meluncurkan serangan pertama.

"Pemerintah sepenuhnya bertanggung jawab untuk serangan-serangan yang tidak perlu dimotivasi oleh keinginan dan upaya untuk merebut kembali ladang minyak di bawah kontrol kami sebelum perjanjian penghentian permanen bisa ditandatangani," kata juru bicara oposisi Brig. Jenderal lul Ruai Koang.

Para pemimpin politik di Ethiopia awal pada hari Sabtu sepakat untuk gencatan senjata ketiga konflik, yang dimulai Desember lalu. Seperti dua penawaran perdamaian sebelumnya membuktikan bahwa penyelesaian politik Sudan Selatan memiliki sedikit efek pada medan perang.

Negara-negara Afrika Timur telah meningkatkan ancaman bahwa jika perang terus mereka akan menjatuhkan sanksi ekonomi dan politik terhadap pemerintahan Presiden Salva Kiir dan pemimpin pemberontak dan mantan Wakil Presiden Riek Machar.

Pertempuran telah kurang intens beberapa bulan terakhir saat hujan tahunan di negara itu. Aguer mengatakan bahwa pasukan pemerintah, yang dikenal sebagai SPLA, mengharapkan oposisi untuk mengentikan penyerangan dan pemerintahpun berkomitmen untuk mengehentikan peperangan.

"Perang ini harus dihentikan secepat mungkin karena memakan sumber daya kami (dan) itu membunuh orang yang tidak bersalah," kata Aguer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement