Rabu 12 Nov 2014 10:36 WIB

Australia Peringati 96 Tahun Berakhirnya Perang Dunia I

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Upacara 'Remembrance Day' diperingati setiap tanggal 11 November untuk menandai berakhirnya Perang Dunia I. Upacara di Australia digelar di sejumlah negara bagian dan upacara skala nasional digelar di Canberra. 

Brendon Nelson, Direktur Peringatan Perang Australia mengatakan pentingnya untuk merefleksikan kehidupan mereka yang gugur dalam konflik perang, terutama di medan perang besar.

Menurut Nelson jumlah warga yang tewas di Perang Dunia I dan dampaknya terhadap negara berada sangatlah besar. "Refleksikan pada kenyataan bahwa negara kita yang kecil dan masih berumur muda ini karena 102.700 orang Australia yang telah rela mengorbankan hidupnya," kata Nelson baru-baru ini.

Sementara itu dalam sebuah pesan video yang telah direkam sebelumnya, PM Tony Abbott mengatakan pentingnya untuk "mengenang mereka yang gugur dan menderita akibat perang-perang."

PM Abbott tekankan peringatan ditujukan bagi semua pasukan yang terlibat perang-perang di dunia.

"Hari Peringatan ini menandai berakhirnya Perang Dunia I yang berakhir 96 tahun. Perang besar seperti ini menjadi tempat dimana identitas bangsa kita digembleng," ujar Abbott.

"Hari ini kita mengenang keberanian, prestasi, rasa sakit dan kehilangan dari mereka yang telah mengabadikan hidupnya demi kita," tambahnya.

'Lest We Forget' atau Jangan sampai kita lupa, menjadi slogan tetap perayaan 'Remembrance Day'.

Upacara Nasional yang dipusatkan di Canberra dihadiri oleh mantan perdana menteri John Howard, yang juga mengajak untuk mengheningkan cipta pada pukul 11 pagi.

Sementara di negara bagian Victoria, pemerintah setempat mengatakan akan mengucurkan dana hingga 45 miliar rupiah untuk mengembangkan pembangunan Tugu Peringatan yang dikenal dengan nama 'Shrine of Remembrance' di Melbourne.

Rencananya, sebuah galeri baru dan area akan resmi dibuka saat meperingati 80 tahun berdirinya tugu peringatan di kota tersebut.

Peletakan plakat bunga bagi para tentara, termasuk dari negara Indonesia.

Sementara itu Returned and Services League of Australia (RSL), yang peduli dengan para tentara yang kembali dari perang mengatakan pentingnya untuk ingat pada para veteran muda yang telah kembali dari konflik dengan kesehatan mental yang terganggu.

Presiden RSL di Tasmania, Robert Dick mengatakan lebih dari pria di Tasmania pernah pergi berperang. "Kehadiran para pria asal Tasmia selalu kuat, apalagi melihat jumlah populasi yang kecil saat itu," ujar Dick.

RSL di New South Wales mengatakan banyak di antara para veteran muda yang berusia 20 hingga 30-an kesulitan untuk kembali ke komunitasnya setelah turut berperang di Afghanistan, Irak, dan Timor Leste. "Gangguan mental menjadi masalah yang besar. Kita juga menemukan bahwa ada sejumlah kasus dimana mereka malah menjadi tunawisma," ujar Ron Dowe dari RSL New South Wales.

Salah satu kebiasaan dalam peringatan ini adalah menggunakan bunga 'poppy' merah, yang juga dijual untuk kemudian hasilnya disumbangkan bagi para veteran.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement