REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping menyampaikan pidatonya dalam pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok Ekonomi Asia Pasifik (APEC), Selasa (11/10) di Beijing.
Dalam pidatonya, Xi menekankan masalah pemulihan ekonomi global yang tidak stabil, dan mendesak anggota APEC mempercepat pembicaraan perdagangan bebas untuk memacu pertumbuhan.
Kantor berita Reuters melaporkan, berbicara pada awal pertemuan puncak para pemimpin APEC, Xi mendesak pertemuan untuk mempercepat pembicaraan tentang kerangka liberalisasi perdagangan yang disebut Free Trade Area of the Asia Pacific (FTAAP) yang selama ini didorong oleh Beijing.
"Saat ini, pemulihan ekonomi global masih menghadapi banyak faktor tidak stabil dan tidak pasti. Menghadapi situasi baru ini, kita harus lebih mempromosikan integrasi ekonomi regional dan menciptakan pola yang kondusif untuk pembangunan jangka panjang," kata Xi.
Beberapa orang melihat apa yang diusulkan FTAAP, sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari kerja sama trans pasofok (TPP), sebuah perjanjian perdagangan yang didorong oleh Amerika Serikat.
Cina bukan bagian dari TPP, sehingga mereka berusaha untuk mendirikan sebuah blok perdagangan bebas yang membentang dari Vietnam ke Chili dan Jepang, meliputi sekitar 800 juta orang dan hampir 40 persen dari ekonomi global.
Cina belum antusias tentang TPP, takut bahwa itu digunakan oleh Washington sebagai cara untuk memaksa membuka pasar dengan mendaftar atau mengisolasi dari ekonomi regional lainnya. TPP secara luas dipandang sebagai tulang punggung ekonomi poros Presiden AS Barack Obama ke Asia. Beberapa ahli melihatnya sebagai upaya untuk menyeimbangkan kebangkitan Tiongkok dengan membangun kehadiran AS lebih besar di wilayah tersebut, termasuk aset militer.
APEC, meliputi Amerika Serikat, Cina, Jepang, Korea Selatan, Indonesia dan Kanada, merupakan kelompok negara-negara yang menyumbang 40 persen dari populasi dunia, 54 persen dari produksi ekonomi dan 44 persen dari perdagangan dunia.