Selasa 11 Nov 2014 16:59 WIB

Jakarta Jadi Kota dengan Perkembangan Investasi Properti Tertinggi

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Julkifli Marbun
Pameran Properti.    (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pameran Properti. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lembaga konsultan properti, Knight Frank menobatkan Jakarta diperingkat tertinggi dalam perkembangan rata-rata Global Prime Cities Index hingga kuartal III yang berakhir September 2014. Jakarta mengungguli perkembangan dari 30 kota lain di dunia.

Global Cities Index meliputi perkembangan pasar real estate di kota-kota besar dunia. Laporan index ini dikeluarkan Knight Frank untuk membantu pelaku usaha atau investor merencanakan strategi bisnis masa depan dalam bidang properti.

Beberapa cara dengan menggarisbawahi tren real estate di masa depan, termasuk tempat untuk investasi real estate. Pada 2013, Jakarta menempati peringkat pertama pertumbuhan harga rumah mewah.

''Jakarta berada di peringkat atas pertumbuhan kami untuk beberapa kuartal, pertumbuhannya didukung oleh fakta bahwa Jakarta adalah salah satu kota besar yang paling terjangkau,'' kata pernyataan dalam situs resmi Knight Frank.

Sementara, dari semua pasar pemulihan, Dublin menjadi kota yang paling memberi manfaat timbal balik bagi investor. Terbukti pada 2013, yang menjadi titik balik penting untuk daerah perumahan kelas atas di Dublin seperti Dalkey dan complement. Sejak itu harga rumah mewah meningkat kuat sekitar 24%.

Meski demikian, posisi Dublin masih tetap 35-45 persen di bawah puncak. Perkembangan perumahan dan investasi memberikan kesempatan untuk pelaku bisnis properti mengembangkan merek mereka secara global.

Investasi yang signifikan selama 2014 berada di Sydney, Los Angeles, New York, London dan beberapa daerah lain. Beberapa perusahaan properti Tiongkok dan Asia telah menegaskan niatan tinggi mereka untuk sektor ini.

Tren ini bertepatan dengan permintaan permukiman di perbatasan. Dalam kebanyakan kasus permintaan ini dipicu oleh motivasi investasi, meskipun gaya hidup, menabung, pendidikan dan lainnya tetap jadi alasan umum yang menyertai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement