Selasa 11 Nov 2014 18:55 WIB

Cina dan AS Sepakat Percepat Perkembangan Ekonomi

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Julkifli Marbun
Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) nations' leaders and spouses pose for a family photo at Beijing National Aquatics Center, or the Water Cube, in Beijing, November 10, 2014
Foto: Reuters/China Daily
Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) nations' leaders and spouses pose for a family photo at Beijing National Aquatics Center, or the Water Cube, in Beijing, November 10, 2014

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping mendesak percepatan perkembangan ekonomi dengan cara perdagangan bebas oleh negara-negara anggota APEC. Menurutnya, pemulihan ekonomi global tidak stabil. Xi ingin mempercepat pembicaraan tentang garis besar perdagangan liberal yang disebut Free Trade Area of the Asia Pacific (FTAAP).

"Saat ini, pemulihan ekonomi global masih menemui faktor-faktor tidak stabil dan tak tentu. Untuk menuju situasi baru, kita harus mempercepat integrasi ekonomi regional dan membuat pola untuk perkembangan jangka panjang,’’ kata Xi, dikutip Reuters. Menurutnya, mereka harus segera menentukan visi, tujuan, target dan roadmap menuju ke sana.

Rencana FTAAP akan disajikan pada pemimpin APEC untuk meminta persetujuan, sebagai pengalihan dari perjanjian perdagangan Trans Pasific Partnership (TPP) yang diusung Amerika Serikat. Cina tidak ambil bagian dalam TPP. Rencana tersebut diusung untuk Vietnam ke Chili dan Jepang meliputi 800 juta orang dan hampir 40 persen global ekonomi.

Cina tidak tertarik dengan TPP karena dianggap sebagai cara Washington memaksa pembukaan pasar terbuka dengan menutup beberapa regional lain. TPP adalah tulang belakang ekonomi Amerika Serikat di Asia. Dikutip Xinhua, Xi mengatakan mengatakan bahwa FTAAP tidak melawan keberadaan kesepakatan perdagangan bebas yang sudah ada, tapi jadi jalan potensial untuk gol FTAAP.

Ia mengatakan, 21 negara APEC harus memimpin dan berkoordinasi untuk tujuan tersebut. Negara anggota termasuk Amerika Serikat, Cina, Jepang, Korea Selatan, Indonesia dan Kanada, negara dengan 40 persen populasi di dunia. Cina akan berkontribusi 10 juta dolar AS untuk mendukung mekanisme APEC.

Sementara, Presiden Barack Obama mengajak Cina kerjasama menanggung permintaan internasional dari sisi ekonomi.

"Keinginan kami adalah melihat Cina sukses," kata Obama dalam konferensi pers. Ia mengatakan, AS ingin Cina jadi rekanan dalam menanggung permintaan internasional.

Obama dan Xi akan bertemu dalam makan malam, Selasa malam dan melakukan pembicaraan bilateral sebagai bagian dari kunjungan kenegaraan, Rabu. Dalam sebuah kesepakatan, ia mengatakan akan meningkatkan hubungan perdagangan dan bisnis antara mereka. Obama mengumumkan bahwa Cina dan AS sepakat untuk memperpanjang visa jangka pendek untuk turis, bisnis, dan pelajar.

Namun, Obama mendesak pemimpin Beijing untuk membuat pasar untuk asing. "Kami ingin Cina untuk membuat pasar dengan banyak perusahaan asing diperlakukan dengan adil sehingga mereka bisa bersaing sehat dengan perusahaan Cina," katanya dalam pidato pada pemimpin di APEC.

Fokus Obama dalam hubungan bisnis di Asia adalah dengan mendalami kerjasama ekonomi dengan Cina. Ia semangat menbangun TPP dan mendesak Cina bergerak untuk menilai pasar dengan membela hak asasi manusia dan kebebasan.

Berdasarkan kesepakatan visa yang akan diberlakukan 12 November, kedua negara akan memperpanjang masa visa turis dan bisnis hingga 10 tahun dari satu tahun. Gedung putih mengatakan visa pelajar juga akan diperpanjang hingga lima tahun dari satu tahun.

"Sebagai hasil dari perjanjian ini, Amerika Serikat berharap untuk menyambut pertumbuhan wisatawan Cina sehingga bisa menyuntikkan miliaran (dolar) dalam ekonomi AS, juga menambah ratusan ribu pekerja di AS," kata Gedung Putih dalam pernyataan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement