Rabu 12 Nov 2014 09:58 WIB

Seorang Pastor di Australia Bela Produk Halal

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Makanan halal dinilai sangat penting, tak terkecuali bagi penganut agama di luar Islam. Pastor Brad Chilcott misalnya. Pastor asal Adelaide ini, Australia, Brad Chilcott mengatakan, kampanye melawan perusahaan makanan halal merupakan bentuk  bullying yang harus segera dihentikan.

Pernyataan Direktur LSM Selamat Datang di Australia ini dikemukakan menanggapi kasus bullying yang dialami sejumlah perusahaan makanan Australia yang mencantumkan label halal.

Pastor Chilcott mengatakan kasus yang menimpa perusahaan susu dan yoghurt Fleurieu misalnya, telah menyebabkan perusahaan itu kehilangan kontrak senilai $50 ribu (Rp 500 juta). Perusahaan ini menyuplai yoghurt ke maskapai penerbangan Emirates.

Dia mendesak Perdana Menteri Tony Abbott untuk menegaskan pentingnya sertifikasi halal untuk sektor dunia usaha. Sementara itu, otoritas penerbit sertifikat halal di Australia menegaskan apapun agamanya konsumen tidak perlu takut dengan produk halal.

Dikatakan, peran mereka adalah memastikan produk makanan yang dijual dipersiapkan dengan cara yang benar dan bersih sesuai dengan syariah Islam. Seruan itu diunggah di laman Facebook yang mendorong orang untuk memboikot produk halal di Australia.

Bega cheese, Steggles, Parmalat dan daging sapi Bindaree merupakan sejumlah produk yang menjadi sasaran kampanye anti-halal.

Dewan Koordinator Islam mengatakan akreditasi halal merupakan peran yang sudah mereka lakukan selama beberapa dekade. "Australia merupakan salah satu dari pemasok terbesar di negara-negara Muslim yang mewajibkan sertifikasi halal. Hal ini sudah kami lakukan sejak tahun 60-an," kata Gaafar Muhammad dari Dewan Koordinator Islam baru-baru ini.

Australia tercatat mengekspor  jutaan ton daging sapi dan daging sapi muda, 300 ribu ton daging domba dan daging kambing ke 110 negara di dunia. Selama ini, mayoritas pengekspor daging di Australia tidak memasalahkan sertifikasi halal.

Sistem di Australia sendiri mengakui pemotongan hewan yang halal merupakan hal yang unik karena sejalan dengan aturan yang diterbitkan oleh pemerintah federal.

Menurut Dr Fiona Hill, seorang konsultan, "Australia sangat mempersiapkan diri menjadi pemasok produk halal yang diperkirakan mencakup 1,6 miliar Muslim di seluruh dunia."

"Australia dikenal dengan metode alaminya dalam membiakan ternak dan memiliki standar kelas dunia dalam pengelolaan pertanian dan peternakan serta produksi daging yang higienis," kata Dr Hill.

"Seluruh proses operasional daging halal harus dilakukan oleh lembaga berizin dan diawasi secara rutin oleh Inspektur Karantina Pemerintah Australia (AQIS) dan Otoritas Program Halal Pemerintah Australia (AGAHP), untuk memastikan produk berkualitas tinggi dan benar-benar halal," tambahnya.

Perusahaan susu dan yoghurt Fleurieu terpaksa menghentikan kotrak suplai yoghurt dengan maskapai Emirates, untuk mengatasi tekanan di media sosial yang dilakukan kelompok anti produk halal.

Desakan pemboikotan produk halal, Halal Choice, dimulai oleh Kirrily Smith 10 bulan lalu setelah dia mencurigai badan sertifikasi produk halal melakukan pemerasan.

Meskipun tidak mampu menyediakan bukti atas tudingannya tersebut kepada ABC, Smith mengatakan mewajibkan produk memiliki sertifikat halal itu merupakan bentuk yang sama saja dengan pemerasan. "Banyak produk halal yang untuk menerbitkan sertifikat halalnya harus membayar padahal mereka merupakan produk yang sudah jelas-jelas halal, misalnya susu, madu, kacang, tapi tetap saja perusahaan harus membayar ribuan dolar," katanya.

"Saya pikir itu berbau pemerasan karena umat Islam di seluruh dunia tahu bahwa mereka dapat mengkonsumsi susu .... jadi meminta perusahaan untuk membayar biaya untuk sertifikasi halal, sama sekali tidak adil," katanya seraya menyangkal dia melakukan diskriminasi atas dasar agama.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement