Rabu 12 Nov 2014 10:02 WIB

Pemerintah Usut Kasus Kematian Perempuan di India

Rep: C01/ Red: Winda Destiana Putri
Bendera India (Ilustrasi).
Foto: IST
Bendera India (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, INDIA -- Pemerintah negara bagian India Chhattisgarh telah memerintahkan penyelidikan terhadap kematian dari 11 wanita yang menjalani sebuah operasi sterilisasi atau pemandulan yang gagal di sebuah kamp kesehatan yang dikelola negara.

Sekitar 50 korban operasi sterilisasi lainnya masih dirawat di rumah sakit. Setidaknya, 20 di antara korban tersebut dalam kondisi kritis setelah operasi tubektomi.

Agenda sterilisasi atau pemandulan ini dilakukan oleh pemerintah India untuk mengontrol pertumbuhan jumlah penduduk. Pada 2011 misalnya, sensus penduduk menunjukkan bahwa populasi India saat itu telah mencapai 1,21 milyar jiwa.

Sebagai perbandingan, penduduk yang tinggal di India tersebut jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan gabungan jumlah penduduk AS, Indonesia, Brazil, Pakistan dan Bangladesh. Jika pertumbuhan penduduk ini dibiarkan, pada 2030 nanti India bisa menggeser posisi Cina sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia.

Untuk mengontrol pertumbuhan penduduk inilah, kamp-kamp kesehatan diselenggarakan di seluruh India. Pada kamp-kamp ini dilakukan operasi pemandulan atau tubektomi terhadap sejumlah wanita. Operasi tubektomi yang kemudian berujung petaka ini dilaksanakan pada Sabtu di Desa Pendari kawasan Bilaspur.

Dilansir dari BBC, Rabu (12/11) bahwa Pejabat kesehatan Chhattisgarh menyatakan kematian akibat operasi pemandulan ini di luar tanggung jawabnya. Tetapi, beberapa pihak menilai para petugas medis berada di bawah tekanan penguasa untuk melakukan terlalu banyak operasi sterilisasi dalam waktu yang terlalu pendek.

Perdana Menteri India Raman Singh dikabarkan telah menangguhkan empat pejabat senior kesehatan terkait kasus kematian ini, sekaligus melayangkan pengaduan kepada polisi atas dokter bedah yang diduga melakukan operasi tersebut.Singh juga mengatakan bahwa bukti awal menunjukkan bahwa kematian-kematian tersebut disebabkan oleh kelalaian medis.

"Sebuah penyelidikan mendetail akan dilakukan dalam kasus ini, agat bisa mendapatkan sudut pandang dari semua sisi, termasuk kualitas obat-obatan di kamp kesehatan, standar operasi, perawatan pasca operasi, dan hal-nal lainnya," ujar Singh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement