REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING--Cina dan Amerika Serikat menyepakati isu global penting lain selain masalah ekonomi, yaitu isu lingkungan, Rabu (12/10). Gedung Putih mengatakan dua negara adidaya itu setuju mengurangi gas emisi rumah kaca penyebab pemanasan global.
Beijing yang merupakan kota paling berpolusi di dunia menargetkan puncak pengurangan emisi pada 2030. Ini pertama kalinya Cina menentukan target waktu dalam menghentikan peningkatan emisi negaranya.
Dikutip dari AFP, pernyataan Gedung Putih mengatakan, Cina akan berusaha lebih cepat. Di saat yang sama AS menentukan target memotong emisi gas sekitar 26-28 persen dari pada 2025 jika dibandingkan dengan tahun 2005.
Cina akan meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil dalam semua sektor pembangkit energi sekitar 20 persen pada 2030. Pemerintah Cina mengatakan proporsi tahun lalu mencapai 10 persen.
Para peneliti percaya masyarakat dunia harus melakukan langkah drastis untuk mengurangi dampak pemanasan global, setidaknya untuk menurunkan suhu global sebesaar dua derajat Celcius. Kedua negara, Cina dan AS menghasilkan 45 persen gas karbon dioksida.
Sehingga, dua negara ini menjadi kunci penuruan dampak emisi. Cina telah berusaha mengurangi penggunaan minyak dan batu bara dan mengembangkan sektor nuklir.
Sementara, Uni Eropa berjanji untuk mengurangi jumlah emisi mereka setidaknya 40 persen pada 2030 dibanding tahun 1990. Uni Eropa menghasilkan sekitar 11 persen gas emisi rumah kaca, sementara AS sebesar 16 persen dan Cina sebesar 29 persen.