Kamis 13 Nov 2014 14:29 WIB

Israel Tolak PBB Selidiki Perang Gaza

Rep: lida puspaningtyas/ Red: Taufik Rachman
Gaza yang porak poranda akibat serangan Israel
Gaza yang porak poranda akibat serangan Israel

REPUBLIKA.CO.ID,TEL AVIV – Israel menolak permintaan United Nations Human Rights Council (UNHCR) ketika tim panel penyidik hendak melakukan investigasi perang di jalur Gaza pada Juli-Agustus lalu, Rabu (12/11). Israel juga secara formal menegaskan tidak akan bekerja sama dengan komisi penyelidikan.

‘’Kami tidak akan bekerja bersama mereka, mereka tidak akan bisa masuk Israel,’’ kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmanuel Nahshon. Delegasi UNHCR yang dipimpin oleh William Schabas sebelumnya meminta izin masuk melalui Israel ke jalur Gaza. Saat ini tim berada di Amman, Yordania.

Pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel dikeluarkan berdasarkan diskusi internal. Mereka menuduh PBB akan selalu menentang Israel, termasuk Schabas yang disebut-sebut antiIsrael. Penyataan dari kemenlu juga memuat sitasi milik Schabas yang membuktikan ia adalah antiIsrael.

Dikutip dari pernyataan kemenlu, Schabas pernah menyebut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu adalah ancaman terbesar untuk keberadaan Israel, yaitu pada 26 Desember 2010. ‘’Netanyahu adalah individu yang paling mungkin untuk mengancam kelangsungan hidup Israel,’’ katanya.

Sementara Schabas menyangkal tuduhan antiIsrael yang dilayangkan untuknya. ‘’Keputusan untuk tidak bekerjasama dengan UN dibuat berdasarkan pandangan bahwa dewan terobsesi memusuhi Israel, mandat sepihak dan ketua komite yang terbukti seorang anti Israel,’’ kata Nachshon, dikutip Haaretz.

Keputusan ini sudah diduga sebelumnya. Perdana Menteri Netanyahu mengadakan sejumlah diskusi terkait hal ini hingga keluar keputusan tersebut. Meski dengan tegas tidak akan bekerja sama, Israel akan tetap melakukan kontak tidak langsung.

Israel diharapkan untuk menyerahkan dokumen terkait posisinya dalam perang di Gaza. Mereka juga akan menyerahkan beberapa testimoni yang mengindikasi Hamas melakukan kejahatan perang, seperti menggunakan warga sipil sebagai pelindung dan melakukan teror dekat fasilitas PBB.

‘’Sementara Hamas meluncurkan ribuan roket ke Israel, UNHCR malah membuat keputusan Israel bersalah dan membuat penyelidikan,’’ kata dia. Israel berencana memperbarui serangan terhadap Schabas dalam beberapa hari kedepan dan merusak kredibilitasnya.

Tuduhan akan fokus pada pandangan anti Israel yang ditunjukan Schabas seperti pada tahun lalu. Januari 2013, Schabas menyerukan Netanyahu dan mantan Presiden Shimon Peres untuk diadili di Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag.

Pada saat yang sama, Schabas membela mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Ia juga menyeru untuk memusnahkan Israel tidak dengan genosida tetapi hanya dengan opini politik. Dalam wawancara dengan media, Schabas menolak menyebut Hamas adalah organisasi teroris.

Kedatangan tim dari UNHCR bertujuan menyelidiki dugaan kejahatan kemanusiaan dalam perang di jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 2.100 orang Palestina dan 70 orang Israel. Bentrokan terjadi selama 51 hari hingga gencatan senjata pada 26 Agustus. Sebagian besar korban dari Palestina adalah warga sipil.

Israel menargetkan serangan pada lebih dari 5.000 target di jalur Gaza, sementara militan Palestina meluncurkan lebih dari 4.000 roket ke Israel. Lebih dari 20 ribu rumah hancur dan 40 ribu lainnya rusak. Pasca kerusakan perang, Mesir dan beberapa negara lain menggelar konferensi dan berhasil mengumpulkan dana 5,4 trilyun dolar AS untuk membangun kembali Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement