REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI TAW -- Presiden Joko Widodo menilai tawaran kerja sama sejumlah negara Asia di bidang maritim dengan Indonesia sangat potensial, meski untuk mendorong dalam bentuk konkret diperlukan perhitungan matang sehingga semua pihak memiliki keuntungan dan tidak merugikan Indonesia.
"Memang yang menarik negara-negara yang lain yang berkaitan dengan Indonesia adalah poros maritim dan mereka ingin untuk bisa ikut bersama-sama, ada yang ingin menghubungkan misalnya kayak jalur Sutera Lautnya abad 21 dari Tiongkok ingin disinggungkan atau dihubungkan, memang kita teknisnya belum sampai kesana. Nanti tim teknis sudah ketemu baru bisa sambung," kata Presiden kepada wartawan di Nay Pyi Taw, Kamis malam (13/11).
Kepala Negara mengatakan selain Tiongkok, Korea Selatan dan India juga tertarik untuk menjalin kemitraan dengan Indonesia di bidang maritim.
"Kayak India sendiri ingin mengajak kerja sama di bidang pertahanan maritim ini saya kira... kalau Korea (Selatan-red) saya kira sudah. dari Tiongkok juga ingin masuk ke industri maritim kita. Saya kira mereka memandang karena wilayah kita besar, dua pertiga dari wilayah Indonesia laut, samudera saya kira itu menarik minat mereka untuk masuk," paparnya.
Kerja sama di bidang kelautan, kata Presiden, sangat luas bisa di bidang perikanan, gas alam, minyak mentah dan komoditas lainnya.
Namun Presiden Joko Widodo menegaskan apapun bentuk kerja sama yang dijalin harus sebesar-besarnya menguntungkan Indonesia.
"Tapi kita harus punya kalkulasi, perhitungan yang untung siapa, sekarang harus berhitung seperti itu, mereka berapa persen kita berapa persen, masih seperti itu jangan sampai semua yang dapat sana. kelihatannya "rame banget", tapi kita nggak dapat apa-apa ya untuk apa," tegasnya.