REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Raja Yordania Abdullah II mendesak Israel agar segera melakukan tindakan praktis guna melestarikan sekaligus menyelamatkan status quo di Yerusalem, terutama berkaitan dengan Masjid Al-Aqsha dan kompleksnya.
Mengutip laporan kantor berita resmi Yordania, Petra, raja telah mengeluarkan pernyataan dalam satu pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar negeri AS John Kerry di Ibu Kota Jordania, Amman.
Dalam pertemuan itu, Netanyahu menekankan "komitmen Israel untuk melestarikan" status quo di Yerusalem dan "menghormati" peran bersejarah Jordania di Jerusalem. (Baca: Gawat! Kondisi Al-Quds Semakin Memburuk)
Pembicaraan tersebut juga dipusatkan pada pemulihan ketenangan di Jerusalem dan diciptakannya suasana yang pantas bagi dilanjutkannya pembicaraan perdamaian antara Palestina dan Israel.
''Raja Abdullah II mengatakan penting untuk memulai langkah segera dengan dukungan Amerika Serikat dan masyarakat internasional guna melanjutkan pembicaraan perdamaian, yang mengarah kepada pembentukan Negara Palestina Merdeka,'' demikian tulis laporan Xinhua.
Pertemuan itu meliputi percakapan telepon dengan Presiden Mesir Abdul Fattah As-Sisi. Dalam perbincangan tersebut, mereka memusatkan perhatian pada perkembangan yang berkaitan dengan proses perdamaian dan situasi di Jerusalem.
Pada Selasa (11/11) Netanyahu berjanji akan menerapkan "tangan besi" terhadap gelombang protes rusuh yang dilakukan warga Arab dan menuduh Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyulut ketegangan.
Tindakan penghukuman itu meliputi penghancuran rumah orang Arab yang bertanggung-jawab atas serangan terhadap orang Israel, kata Netanyahu di dalam pernyataan yang disiarkan melalui televisi.
Ia juga berikrar akan menerapkan "tangan besi" terhadap puluhan orang Palestina yang bentrok dengan polisi di Israel dan Yerusalem Timur selama beberapa pekan belakangan.