REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM - Pemerintah Belanda mendeteksi adanya virus flu burung yang diyakini dpat menular ke manusia. Virus ini terdeteksi pada Sabtu (15/11) lalu di sebuah peternakan yang berada di selatan Amsterdam. Temuan ini memaksa pemerintah Belanda untuk membatasi arus lalu lintas hewan ternak yang ada di seluruh wilayah negara kincir angin tersebut.
Dikutp telegraph.co.uk, Senin (17/11), pihak otoritas mengatakan mereka telah memroses penyembelihan sedikitnya 150 ribu hewan ternak di Hekendorp. “Virus ini sangat membahayakan unggas dan dapat menular ke manusia,” demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat.
Meski pemerintah belum menjabarkan jenis virus flu burung macam apa yang ditemukan, namun diyakini virus ini amat berbahaya bagi unggas. Kasus terakhir flu burung yang merebak di Eropa dan Asia adalah jenis virus yang juga menyerang manusia. Oleh karenanya dikhawatirkan penemuan virus di Belanda ini juga menyimpn bahaya yang sama.
Pemerintah Belanda bertindak cepat dengan menghentikan selama 72 jam segala transaksi yang berhubungan dengan unggas. Termasuk mencekal peredaran telur unggas dan pupuk kandang dari kotoran unggas.
Pencekalan ini akan berlangsung hingga 30 hari ke depan. Terdapat 16 peternakan yang berada dalam jarak sepuluh kilometer dari tempat ditemukannya kasus flu burung pertama kali. Keenam belas peternakan itu akan dicek secara berkala untuk memastikan keamanan unggas-unggas yang hidup di sana.
Kebijakan ini diambil setelah sebelumnya pada Maret lalu pemerintah Belanda memusnahkan sepuluh ribu ayam yang terindikasi flu burung. Ayam-ayam tersebut ditemukan di peternakan yang terletak di timur provinsi Gelderland.
Awal bulan ini, pemerintah Jerman mendeteksi adanya kasus patogen flu burung H5N8 yang telah merambah Asia namun tidak pernah diberitakan di Eropa.
Food and Agricultural Organization (FAO) telah memperingatkan pada September lalu bahwa di Asia Tenggara telah ditemukan flu burungjenis baru. Virus ini dapat mengancam kesehatan hewan dan manusia yang ada di wilayah itu. Juli tahun lalu, World Health Organization (WHO) merilis data bahwa ada 633 orang terinfeksi virus H5NI dan 377 di antaranya meninggal dunia.