Senin 17 Nov 2014 16:06 WIB

Negara Teluk Gelar Pertemuan Darurat, ini Alasannya

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Manama, Bahrain, Senin (24/12).
Foto: AP Photo/Hasan Jamali
KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Manama, Bahrain, Senin (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Para pemimpin Gulf Cooperation Council (GCC) di Riyadh, Ahad (16/11) untuk menyelesaikan keretakan diantara tiga negara anggota GCC dan Qatar jelang konferensi tahunan di Doha bulan depan. Rencanannya KTT tersebut akan dipimpin oleh Raja Arab Saudi Raja Abdullah dan pemimpin negara-negara teluk diantaranya Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa, penguasa Kuwait Sheih Sabah Al Ahmed Al Sabah dan Deputi Utama Uni Emirat Arab Sheik Muhammad bin Rashid Al Maktum.

Hadir pula Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani da, Perdana Mentri, Menteri Dalam Negeri Sheikh Abdullah bin Nasser bin Khalifa dan Menteri Luar Negeri Khaled Al Atiyyah.  Dilansir dari Reuters pada pertemuan awal, Raja Abdullah menyambut empat pemimpin anggota GCC.

Mereka membahas sejumlah isu yang menyangkut Arab saudi dan negara-negara GCC lainnya. Sejumlah petinggi Arab Saudi juga menghadiri pertemuan tersebut diantaranya Wakil Putra Mahkota Pangeran Muqrin, Sekretaris Jendral Dewan Keamanan NAsional Pangeran Bandar bin Sultan, Kepala intelejen Pangeran Khaled, Menteri Pengawal Nasional Pangeran Miteb bin Abdullah, dan Menteri Dalam negeri Pangeran Muhamad bin Naif.

Sebelum pertemuan ini Pemimpin Qatar sheikh Tamim mengundang para pemimpin GCC pada Selasa (18/11) ke Doha. Akibat konflik yang terjadi diantara tiga negara yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain mereka ingin memindahkan kegiatan KTT GCC dari Doha.

"Akan ada pertemuan malam ini.Saya berharap mereka akan mencapai kompromi dalam konflik diantara mereka, sehingga persiapan KTT GCC mengalami kemajuan," ujar salah satu pejabat GCC. Sebelumnya Maret lalu Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain menarik duta besar mereka dari Qatar. Qatar dituduh ikut campur urusan internal negara lain soal Ikhwanul Muslimin.

Saat ini Ikhwanul Muslimin yang berada di Uni Emirat Arab dan Arab Saudi tercatat sebagai organisasi teroris. Kuwait pernah menjadi penengah di mediasi antara negara yang berselisih selama beberapa pekan terakhir.

Mediasi ini menghasilkan waktu KTT sesuai jadwal dan tempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement