Senin 17 Nov 2014 20:53 WIB

Jenderalnya Diculik, Kolombia Tunda Pembicaraan Damai Dengan Pemberontak

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Indah Wulandari
Gerilyawan FARC berjaga-jaga di sebuah jalanan di Desa Toribio, Provinsi Cauca, Kolombia.
Foto: EPA/Christian Escobar Mora
Gerilyawan FARC berjaga-jaga di sebuah jalanan di Desa Toribio, Provinsi Cauca, Kolombia.

REPUBLIKA.CO.ID,CHOCO--Kolombia menunda pembicaraan damai dengan kelompok pemberontak FARC setelah seorang jenderal militer diculik, Senin (17/11). 

Brigadir Jenderal Ruben Dario Alzate Mora diculik oleh pemberontak di provinsi utara Choco. Presiden Juan Manuel Santos telah meminta penculik Brigadir Jenderal Alzate membebaskannya. 

Presiden Santos mengatakan seharusnya pembicaraan damai selanjutnya dilakukan di Havana.

‘’Besok para negosiator seharusnya pergi ke pembicaraan damai di Havana. Saya mengatakan untuk tidak pergi dan pembicaraan akan ditunda hingga jenderal dibebaskan,’’ kata Santos, dikutip dari Reuters, Senin (17/11). 

Farc dan pemerintah telah melakukan pembicaraan damai selama dua tahun, namun belum juga mengumumkan gencatan senjata. 

Ihwal penculikan Brigadir Jenderal Alzate terjadi saat ia melancong dengan berpakaian sipil ke sekitar area sungai Atrato provinsi Choco. Dia berhenti di desa Las Mercedes, sekitar 15 km dari ibukota provinsi Quibdo untuk berbicara pada komunitas lokal. 

Ia bertemu dengan pemberontak dari divisi 34 Farc. Pemberontak membawanya bersama pengacara Gloria Urrego dan Kapten Jorge Rodriguez Contreras. 

Presiden Santos meminta menteri pertahanan untuk pergi ke Choco untuk menyelidiki penculikan Alzate. Ia juga meminta penjelasan dari menteri pertahanan tentang apa yang dilakukan Alzate di area konsentrasi pemberontak.

Lebih dari dua tahun lalu, Farc mengumumkan mereka akan berhenti menculik orang untuk menunjukan itikad baik demi negosiasi damai. Namun, setelah penculikan dua tentara di provinsi Arauca mereka mengatakan janji itu hanya berlaku untuk orang sipil bukan militer. 

Diperkirakan 220 ribu orang tewas dalam lima dekade terakhir karena konflik militer di Kolombia. Presiden Santos kembali terpilih karena berjanji melanjutkan proses damai dengan Farc. Namun, rakyat Kolombia tidak sabar dengan perkembangan yang lamban.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement