Selasa 18 Nov 2014 18:56 WIB

Dokter Bedah Sierra Leone Meninggal Karena Ebola

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Winda Destiana Putri
Vaksin uji coba untuk Ebola.
Foto: AP
Vaksin uji coba untuk Ebola.

REPUBLIKA.CO.ID, FREETOWN -- Dokter bedah dari Sierra Leone, Martin Salia meninggal karena infeksi Ebola, Senin (17/11). Rumah sakit Nebraska Amerika Serikat tempat ia dirawat mengumumkan kematiannya pada Senin pagi. Salia masuk rumah sakit di Omaha Nebraska pada Sabtu dalam kondisi kritis. Ia tak bisa berjalan.

"Kami sangat menyesal mengumumkan bahwa pasien ketiga yang kami rawat karena Ebola, Martin Salia telah meninggal karena gejala virus lanjutan," kata Nebraska Medical Center dalam pernyataan, dikutip BBC, Selasa (18/11). Direktur medis unit biocontainment, Dokter Phil Smith mengatakan kondisi Salia sangat parah.

 

"Meski telah berusaha keras, kami tak bisa menyelamatkannya," kata dia. Dokter yang merupakan permanent resident AS ini menunjukan gejala infeksi seminggu lalu namun hasil uji terhadapnya negatif. Menurut Smith, hal itu tidak biasa terjadi.

"Selama mereka tidak menunjukkan gejala, mereka dianggap aman," kata Smith. Bahkan jika mereka terinfeksi, tambahnya, mereka tidak akan menyebar ke orang lain. Tes lanjutan Salia baru menunjukan hasil positif.

Ahli perawatan kesehatan AS heran mengapa Salia baru dibawa ke AS seminggu kemudian. Meski demikian, istri Salia yang merupakan warga negara Amerika mengatakan ia sangat mengapresiasi perawatan yang diterima suaminya di fasilitas AS.

Gedung Putih menyampaikan bela sungkawa dan mengatakan kematian Salia adalah pengingat. Jumlah kematian meningkat sehingga dunia harus berada di depan melawan epidemi di tempat Salia berbakti.

Salia bekerja sebagai dokter bedah umum di Kissy United Methodist Hospital di ibukota Sierra Leone, Freetown. Ia menderita gejala lanjutan seperti gagal ginjal dan pernafasan.

"Ginjalnya tidak berfungsi, ia kesulitan bernafas dan tidak merespon perawatan," kata doctor Daniel Johnson.

Salia mengalami dialisis beberapa jam setelah kedatangannya. Ia butuh inkubasi dan bantuan pernafasan dalam 12 jam. Wakil konselor penelitian klinis dari Pusat Medis Universitas Nebraska, Chris Kratochvil mengatakan Salia juga diberi plasma dari donor yang selamat dari Ebola dan obat ZMapp dari Mapp Biopharmaceutical pada Sabtu.

United Methodist Church mengatakan tidak jelas bagaimana Salia terinfeksi Ebola. "Hati kami bersama keluarga yang berduka," kata presiden Dewan United Methodist Bishops, Bishop Warner H. Brown Jr.

Dokter Salia adalah orang kedua yang meninggal karena Ebola di Amerika Serikat. Korban pertama yaitu  pria Liberia Thomas Eric Duncan yang meninggal di Dallas bulan lalu setelah terinfeksi di Monrovia. Situasi darurat Ebola di Liberia berakhir minggu lalu. Presiden Ellen Johnson Sirleaf berharap negaranya bisa bebas dari virus sebelum natal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement