REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Beragam kegiatan yang bisa menstimulasi dan menantang otak, seperti menari dan mempelajari bahasa asing, menurut para pakar bisa membantu mengurangi risiko demensia.
Hampir 2 juta warga Australia diperkirakan akan mengalami kondisi, yang secara bertahap dapat menggerus kemampuan otak pada pertengahan tahun 2050.
Profesor Henry Brodaty telah meneliti Alzheimer selama lebih dari 30 tahun dan mengatakan orang-orang yang sering menggunakan otaknya lebih sedikit kemungkinan mendapat Alzheimer dikemudian hari.
Di saat ilmuwan berusaha mencari obat untuk mencegah penyakit ini, tidak banyak yang mengetahui risiko penyebabnya. Beberapa faktor bisa dikontrol, seperti usia lanjut - dimana 1 dari 4 orang berusia diatas 85 tahun akan mengalami dementia.
"Orang yang memiliki berat badan berlebih, diabetes tipe-2 atau tekanan darah tinggi resikonya," Profesor Brodaty belum lama ini.
"Juga, orang yang memiliki pendidikan rendah atau kurang stimulasi kognisi dalam kegiatan sehari-hari,"
Merokok juga bisa menambah resiko terkena demensia, tambahnya.
"Semua penyebab ini merupakan hal yang bisa kita cegah,"
"Perhitungan saya sepertiga dari resiko pemicu demensia ini terkait dengan faktor-faktor yang bisa diubah,"
Dampak latihan otak pada orang tua sangat menjanjikan
Seiring dengan generasi era-pasca PD II berusaha agar tetap berpikiran tajam, paket latihan mengasah otak di internet telah menjadi bisnis bernilai jutaan dolar.
Profesor Michael Valenzuela yang mensupervisi relawan yang berusia lebih tua dalam laboratorium latihan otak di Institut Riset Otak dan Pikiran Universitas Sydney. Valenzuela dan timnya baru saja menyelesaikan review sistematis dari kajian mengenai dampak pelatihan otak pada orang-orang yang lebih tua, dengan hasil yang menjanjikan.
"Melakukan jenis pelatihan secara berkelompok dan diawasi akan membuat Anda lebih tajam, sedikit lebih waspada secara mental dan mampu menangani informasi yang kompleks," kata Profesor Valenzuela.
Scan otak pascapelatihan menunjukkan konektivitas yang lebih besar di daerah-daerah di bagian depan otak terhubung ke pusat memori, atau hippocampus. Studi ini menunjukkan bahwa melakukan hal ini jenis rumah pelatihan saja tidak efektif, setidaknya untuk orang tua.
Ada juga masih ada bukti keras bahwa latihan ini benar-benar dapat menunda timbulnya demensia. "Bukti apa yang dikatakan adalah bahwa pelatihan ini efektif pada fungsi kognitif umum dan kita benar-benar perlu melakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui apakah yang generalises untuk menunda atau mencegah demensia," kata Profesor Valenzuela.
Scan atau pemindaian otak setelah melakukan pelatihan ini menunjukkan konektivitas yang lebih besar di daerah-daerah di bagian depan otak yang terhubung ke pusat memori, atau hippocampus. Studi ini menunjukkan bahwa melakukan latihan mengasah otak sendirian dirumah kurang efektif, setidaknya untuk orang tua.
Selain itu tidak ada bukti kuat bahwa latihan ini benar-benar dapat menunda timbulnya demensia. "Bukti-bukti dalam penelitian ini menunjukan pelatihan ini efektif pada fungsi kognitif umum saja dan kita benar-benar perlu melakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui apakah fungsi kognisi umum dapat menunda atau mencegah demensia," kata Profesor Valenzuela.
"Untuk menjawab pertanyaan itu perlu studi yang sangat besar,"
Desakan program pencegahan nasional
Profesor Brodaty mendesak kampanye nasional. serupa dengan kampanye Life Be In It fitness yang pertama di luncurkan tahun 1975 untuk mendorong warga Australia melakukan tindakan untuk mengurangi risiko demensia.
"Pemerintah perlu secara bijaksana mempertimbangkan dilakukannya program pencegahan nasional, yang tidak cuma bermanfaat mencegah penyakit demensia tapi juga penyakit jantung dan tekanan darah tinggi," kata Professor Brodaty.
Menurutnya penundaaan program semacam ini justru akan memperparah kondisi cukup signifikan. "Mempercepat lima tahun program ini akan memberi manfaat besar bagi masyarakat dan akan menjadi manfaat besar bagi perekonomian kita," katanya.
Pakar juga mengatakan kegiatan seperti mempelajari bahasa asing, bermain kartu atau menari yang dapat merangsang dan menantang otak sangat bermanfaat mencegah demensia. "Menari melibatkan banyak ingatan, banyak belajar dan secara khusus kita melakukannya dengan rekan penari lain, dan kegiatan itu membutuhkan gerak fisik dan sosial" kata Professor Valenzuela.
Professor Michael Valenzuela juga tidak pernah terlambat dan tidak pernah terlalu awal untuk mulai melakukan tindakan untuk mengurangi risiko lainnya.
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement