REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Moskow mengatakan, tak akan membiarkan separatis pro-Rusia mengalami kekalahan di timur Ukraina. Rusia beralasan kedua belah pihak bertikai di Ukraina harus mencapai konsesi untuk mencapai kesepakatan damai.
Pernyataan tersebut dikeluarkan Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam sebuah wawancara dengan televisi ARD Jerman. Putin menuduh Barat menutup mata untuk penggunaan senjata berat oleh Ukraina, terhadap daerah permukiman warga yang dikuasai pemberontak.
"Kau ingin pemerintah pusat Ukraina memusnahkan semua orang di sana, semua musuh dan lawan-lawan politik mereka? Apakah itu yang Anda inginkan? Kami tentu tidak. Dan kita tak akan membiarkan hal itu terjadi," kata Putin.
Dalam wawancara yang disiarkan pada Ahad (16/11), Putin mengatakan ia masih percaya akan keberhasilan upaya perdamaian di timur Ukraina. Pemerintah Rusia menyalahkan bentrokan terjadi karena kedua pihak bertikai gagal menarik mundur pasukan.
The Huffington Post melaporkan, wawancara dilakukan bersamaan dengan pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels.
Para menteri tengah membahas mengenai respon terkait bentrok yang terus terjadi di Ukraina. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, konflik bukan hanya tentang Ukraina tapi perdamaian seluruh Eropa.
"Siapa yang berpikir bahwa, setelah 25 tahun runtuhnya Tembok Berlin, berakhirnya Perang Dingin dan akhir pemisahan dunia menjadi dua blok, hal seperti ini masih terjadi di tengah-tengah Eropa? ujar Merkel.
Pada pertemuan Senin di Brussels, Uni Eropa menteri luar negeri merenungkan kemungkinan sanksi lebih lanjut terhadap Moskow atas tindakannya pada Ukraina.
Kepala urusan luar negeri Uni eropa Federica Mogherini mengatakan, sanksi lebih terhadap Rusia tak akan efektif dan Uni Eropa harus berfokus pada reformasi di Kiev.