REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak negara-negara dunia memboikot kelompok yang menyebut dirinya ISIS beserta kelompok ekstrem lainnya.
Pernyataan tersebut menyusul laporan baru PBB pada Rabu (19/11) tentang besarnya pendapatan ISIS sehingga sanksi saja tidak cukup untuk melawan ancaman global ISIS.
Berdasarkan laporan, diperkirakan potensi pendapatan ISIS dari minyak mentah berkisar antara 846 ribu hingga 1.645 juta dolar per hari.
Laporan juga menyebut, ISIS mendapat sekitar 35 juta hingga 45 juta dolar dalam waktu 12 bulan dari pembayaran uang tebusan.
Dewan Keamanan PBB pun mendesak negara-negara dunia memutus sumber-sumber uang dan pejuang bagi ISIS.
Caranya dengan menutup perdagangan minyak, menolak pembayaran uang tebusan, pengetatan pemeriksaan keamanan dan melakukan berbagai langkah lainnya.
Dalam debat terbuka, anggota Dewan Keamanan mengatakan perekrutan anggota ISIS gelombang baru dioperasikan golongan muda.
Mereka dinilai lebih beragam dan terampil dalam menggunakan media sosial untuk merekrut lebih dari 15 ribu orang asing dari lebih 80 negara.
Duta Besar Australia Gary Quinlan juga mengingatkan, sejumlah besar pejuang asing ISIS memiliki paspor berkebangsaan Eropa.