REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Sebagai negara yang tidak mengimpor pisang dari luar, harga pisang di Australia saat ini justru mengalami kenaikan. Kondisi ini diperkirakan akan bertahan selama beberapa minggu depan, menyusul musim dingin di Queensland sehingga mengganggu produksi pisang.
Queensland bagian utara adalah pusat produksi pisang terbesar di Australia, dengan menghasilkan 90 persen pisang. Saat ini harga satu kilogram pisang di supermarket dan pasar tradisional di Melbourne berkisar antara $ 4.50- $ 4.90 (sekitar Rp 45 ribu-Rp 49 ribu). Di tahun 2011 ketika kawasan negara bagian Queensland ini terkena badai tropis Yasi, harga pisang pernah mencapai $ 14 dolar per kg, sekitar Rp 140 ribu.
Menurut para petani penanam pisang di Queensland, tanaman pisang tahun ini mengalami perlambatan pertumbuhan, dengan hanya sedikit yang sudah matang.
Tahun lalu produksi pisang mencapai rekor karena cuaca yang bagus, namun tahun ini pasok diperkirakan hanya akan berkisar 400 ribu karton per minggu, walau hal tersebut belum terjadi. Produksi sekarang masih berkisar 600 ribu karton per minggu.
Menurut Doug Phillips dari Dewan Petani Pisang Australia, menurunnya produksi pisang di musim semi tahun ini di luar perkiraan, dan masih belum diketahui sampai kapan hal ini akan terjadi. "Yang tampaknya terjadi adalah sebelum musim dingin (Juni-September), di sini musim hujannya juga terlambat sampai bulan April dan kemudian langsung dingin, saya kira itu yang membuat tanaman pisang ini terkejut." kata Phillips baru-baru ini.
"Sekarang kami berada di musim kering yang agak panjang, dan ini akan mempengaruhi tanaman untuk musim panen berikutnya. Jadi ini adalah masalah kondisi bagi tumbuhnya tanaman pisang dalam beberapa bulan belakangan."
Menurut Phillips, sebenarnya musim panas adalah musim yang tidak baik untuk menjual pisang, karena mereka harus bersaing dengan buah lain seperti mangga, dan lainnya.
"Ya itulah kenyataannya, memang ada persaingan tambahan, namun ini tidak banyak berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya." tambah Phillips.