Kamis 20 Nov 2014 19:33 WIB

Pemerintah dan Gerilyawan Kolombia Sepakat Bebaskan Jenderal

Angkatan Kiri Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC
Foto: deadliestfiction.wikia.com
Angkatan Kiri Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Pemerintah Kolombia dan FARC Rabu mencapai kesepakatan untuk membebaskan "sesegera mungkin" seorang jenderal dan sejumlah personel militer lainnya yang disandera para gerilyawan.

Kesepakatan itu menunjukkan bahwa proses perdamaian yang terputus-putus kembali ke jalurnya.

Sekira 1.500 tentara, 10 helikopter dan pesawat serta perahu dan kendaraan-kendaraan darat, telah melakukan penyisiran di wilayah Choco untuk menemukan Jenderal Ruben Alzzate, pejabat militer tingkat tertinggi yang diculik oleh Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) dalam konflik yang telah berlangsung selama lima dekade.

Alzate (55 tahun), hilang pada Minggu bersama Kopral Jorge Rodriguez dan penasihat angkatan darat, Gloria Urrego, ketika mereka sedang dalam perjalanan dengan perahu untuk mengunjungi proyek energi sipil di Choco.

Di wilayah itu, Jenderal Alzate memimpin satu gugus tugas yang bertanggung jawab memerangi para pemberontak. Choco juga merupakan daerah yang penuh dengan gerombolan-gerombolan penjual obat-obatan terlarang.

Penculikan tersebut membuat Presiden Kolombia Juan Manuel Santos menghentikan perundingan dengan FARC --yang merupakan upaya paling menjanjikan untuk mengakhiri konlik 50 tahun di Kolombia.

Namun, pemerintahannya serta FARC tampaknya telah mencapai kesepakatan pada Rabu --bersamaan dengan peringatan dua tahun berlangsungnya perundingan.

"Pihak-pihak telah menyetujui syarat-syarat yang diperlukan bagi pembebasan" Alzate dan empat orang lainnya, kata diplomat Kuba Rodolfo Benitez dan mitranya dari Norwegia, Rita Sandberg.

Norwegia merupakan salah satu dari penjamin perundingan yang dilangsungkan di ibu kota Kuba, Havana.

"Pihak-pihak (terkait) sudah setuju syarat-syarat pembebasan orang-orang berikut ini: Jenderal Ruben Dario Alzate, prajurit Jorge Rodriguez, prajurit Cesar Rivera, prajurit Jonathan Diaz dan Gloria Urrego," kata Benitez.

Presiden Santos, yang mempertaruhkan jabatan bagi proses perdamaian ini, sebelumnya telah menyuarakan optimisme bahwa perundingan lebih luas bisa diselamatkan.

"Apapun halangannya ataupun musuhnya, kita akan mencapai perdamaian," ujarnya dalam sebuah upacara untuk menandai dua tahun berlangsungnya perundingan.

Di ibu kota, Bogota, sekira 200 orang melakukan aksi jalan kaki pada Rabu sebagai dukungan bagi perundingan damai dan seruan agar gencatan senjata diterapkan.

"Hentikan peperangan, bukan proses perdamaian!" teriak mereka.

Santos sejauh ini menolak tuntutan-tuntutan FARC untuk melakukan gencatan senjata dengan alasan hal itu akan memperkuat posisi pemberontak.

Dalam sebuah pernyataan, pemerintahan Santos menyampaikan terima kasih kepada Kuba dan Norwegia "atas komitmen dan kerja sama mereka dalam melancarkan upaya pembebasan" kelima sandera dan menekankan bahwa pihaknya akan "memberikan kerja sama penuh untuk memastikan" bahwa para sandera kembali ke tempat mereka berasal.

Orang kedua pada komando FARC, Ivan Marquez, yang memimpin delegasi pemberontak pada perundingan yang dihentikan itu, menganggap tidak adanya gencatan senjata sebagai faktor yang berujung pada penangkapan Alzate.

"Orang yang menyatakan perang tanpa ampun tidak bisa begitu saja berbalik dan meminta kami untuk tidak menyentuh tentara dan jenderal-jenderalnya," katanya.

Para gerilyawan FARC yang menyatakan bertanggung jawab atas penculikan terhadap Alzate, yaitu unit Ivan Rios, mengatakan mereka akan mematuhi perintah komandan-komandannya terkait apa yang akan dilakukan terhadap para sandera mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement