REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Arktik yang sangat dingin jadi alasan beruang kutub (Ursus maritimus) punya lapisan lemak dan rambut tebal untuk menahan panas tubuhnya demi bertahan hidup. Tapi belakangan beruang kutub ditemukan mengalami rontok rambut.
Tapi pada beberapa beruang, bertahan hidup di tengah musim dingin jadi tantangan tersendiri. Dari riset yang dipublikasikan Journal of Wildlife Diseases yang publikasikan awal November ini, beberapa beruang justru mengalami rontok rambut tubuhnya dengan alasan tidak jelas.
Peneliti melakukan pengamatan antara 1998 hingga 2012. Hasilnya, dari 1.500 beruang yang ditangkap di Beaufort Sea, Alaska, Amerika Serikat (AS), mereka menemukan lebih dari tiga persen beruang mengalami rontok rambut di kepala dan leher.
Sejumlah beruang yang mengalami gejala alopecia ini bahkan terus meningkat dan mencapai 28 persen pada 2012. Beruang yang rontok rambutnya juga lebih kurus dari rata-rata beruang lain.
Ini menjadi tanda beruang itu mengalami stres akibat berbagai faktor. Seperti polusi, kurang nutrisi, infeksi penyakit, dan perubahan iklim. Meski begitu, gejala ini tidak mematikan.
Beruang kutub masuk dalam daftar satwa terancam punah dalam daftar satwa langka di AS. Banyak komunitas pecinta satwa dan pemerhati lingkungan tengah mengawasi faktor risiko ini.
Sebab, rontoknya rambut bisa jadi ancaman bagi beruang kutub. Karena mereka jadi rentan menjadi mangsa bagi predator Arktik lain. Rambut yang rontok membuat kulit beruang kutub yang berwarna hitam jadi terlihat jelas di tengah hamparan es putih.