REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Tenggat penyelesaian sengketa 12 tahun atas program nuklir Iran kemungkinan diperpanjang hingga Maret. Kesepakatan belum bisa dicapai karena masih terdapat perbedaan tajam antara Iran dan kekuatan dunia.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dijdawalkan bertemu Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dan utusan Uni Eropa Catherine Ashton untuk mencari jalan keluar.
AS dan sekutunya berharap pembicaraan pekan ini di Wina bisa membuahkan kesepakatan antara Iran dengan AS, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan Cina. Tujuannya adalah mencabut sanksi Iran jika Iran menghentikan program nuklirnya.
"Poin-poin penting yang belum disepakati masih ada," ujar Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius dalam konferensi pers bersama Kerry di Paris, Kamis kemarin.
Kepala badan nuklir PBB Yukiya Amano menggarisbawahi hal lain, yakni Iran belum menjelaskan penelitian yang diduga merupakan riset bom atom. Putaran baru pembicaraan nuklir Iran dimulai, Selasa lalu dan sepertinya perbedaan pendapat masih akan berlangsung hingga tenggat waktu 24 November.
"Beberapa jenis perjanjian sementara pada saat ini perlu dikerjakan dalam beberapa pekan atau bulan mendatang," kata seorang diplomat Barat seperti yang dilansir Reuters, Jumat (21/11).
Seorang pejabat senior Iran juga memiliki harapan yang sama.
"Kita perlu lebih banyak waktu untuk menyelesaikan masalah teknis dan jangan lupa kerangka waktu untuk mencabut sanksi masih menjadi sengketa besar," kata pejabat Iran.
Dia menambahkan perpanjangan sampai Maret masih menjadi kemungkinan. Para pejabat Barat juga menyarankan Maret adalah pilihan, dengan dimulainya kembali pembicaraan pada Januari.