REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM -- Berdasarkan sensus penduduk 2011, ada lebih dari 213 ribu Muslim di Birmingham, Inggris. Jumlah tersebut mencapai seperlima dari total penduduk kota tersebut.
Menurut Waseem Iqbal dari Yayasan Santunan Kemanusiaan Inggris, beberapa kawasan yang didominasi Muslim di Birmingham, seperti Balsall Heath, rentan terjadi kekerasan oleh anak-anak muda.
"Itu karena mereka ingin masyarakat mengakui eksistensi mereka," kata Waseem Iqbal, Ahad (23/11) di Birmingham, seperti dilansir Reuters.
Kekerasan oleh remaja lantas menjadi isu sentral. Apalagi, di kawasan Muslim tersebut marak kelompok gangster, pengedar obat-obatan terlarang, dan provokasi ekstremisme jihad.
Bagaimanapun menurut Jahan Mahmood, seorang tokoh pemuda Muslim setempat, akar masalah sebenarnya bukanlah pada agama, melainkan sosial.
Kata Jahan, pandangannya ini berdasarkan sebuah riset dari Queen Mary University. Riset itu menyebutkan, mereka yang rentan oleh provokasi ekstremisme keagamaan, antara lain anak-anak muda yang mengalami depresi sosial dan dikucilkan oleh pergaulan mayoritas sebayanya. Maka, pangkal soal adalah penerimaan sosial.
"Selain itu, mereka lebih suka memandang Tuhan sebagai Penghukum, alih-alih sebagai Pengasih dan Penyayang. Sehingga, muncul anggapan, ampunan Tuhan hanya untuk yang berani mengorbankan nyawa di medan perang, seperti Suriah," ungkap Jahan.
Oleh karena itu, kedua tokoh Muslim Birmingham ini memilih pemahaman perdamaian, bukan peperangan. Kepada para pemuda Muslim Birmingham, keduanya menegaskan, perdamaian adalah jalan pengamalan Islam.