REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Para pejabat Iran mengatakan, mereka bisa beralih ke Beijing dan Moskow jika pembicaraan di Wina gagal mengakhiri sanksi-sanksi Barat. Namun 'rencana B' hampir terlihat tak ideal.
Pembicaraan antara Iran dan enam kekuatan, yang meliputi Cina, Rusia, Amerika Serikat dan tiga negara Uni Eropa diperkirakan akan gagal mencapai kesepakatan. Padahal batas waktu sudah diperpanjang hingga bulan Juli.
Pejabat Iran mengatakan, mereka tengah bekerja sama untuk mencari alternatif agar pembicaraan tak gagal. Mereka mengatakan, akan mencari dukungan diplomatik dan ekonomi ke timur dan utara.
"Tentu saja kami memiliki rencana B. Saya tak bisa mengungkapkan rincian lebih lanjut, tapi kami selalu memiliki hubungan baik dengan Rusia dan Cina," kata pejabat senior Iran pada Reuters, Senin (24/11).
Ia menambahkan, wajar jika pembicaraan nukir gagal. Menurutnya Iran akan meningkatkan kerja sama dengan teman-teman, dan akan memberikan mereka lebih banyak kesempatan di pasar Iran yang berpotensi.
"Kami berbagi pandangan umum dengan Rusia dan Cina dalam banyak hal, termasuk Suriah dan Irak," ujarnya.
Cina merupakan pembeli minyak terbesar Iran, dan salah satu dari sedikit negara yang terus menyerap ekspor Iran dalam jumlah besar. Meski sanksi diberikan Amerika Serikat dan Uni Eropa ke Iran. Sementara Rusia, telah menjadi distributor senjata Iran dan membangun stasiun tenaga nuklir serta menyediakan teknologi lainnya.
Baik Cina maupun Rusia, dapat menggunakan hak veto mereka di Dewan Keamanan PBB untuk membantu mencegah perluasan sanksi terhadap Iran.
Jika perundingan nuklir benar-benar terjadi, baik Cina maupun Rusia dapat menghentikan AS dan Uni Eropa mengambil langkah sepihak di luar PBB untuk memperluas sanksi. Sanksi keuangan selama ini telah membuat ekonomi Iran tertatih-tatih sejak 2011.
"Beberapa pemimpin Iran percaya jika ini gagal, mereka dapat mengandalkan tetangga mereka untuk memotong sanksi dan bank dari kekuatan besar mereka untuk melemahkan batasan sanksi. Tapi keberhasilan dari strategi ini masih jauh dari pasti," kata analis senior Iran di Kelompok crisis Internasional Ali Vaez.
Sementara diplomat Barat di perundingan mengatakan, ia pikir dorongan bagi Iran untuk mencapai kesepakatan kurang intens dibanding tahun lalu. Ia juga mengutip keinginan perusahaan Barat untuk mengakhiri sanksi dan kembali ke Iran.
"Tekanan (pada Iran) untuk mencapai kesepakatan kurang dibanding 12 bulan lalu. Jika tak ada kesepakatan, Iran akan beralih ke Cina dan Rusia serta beberapa negara Eropa yang siap melakukan bisnis bilateral dengan Iran," kata diplomat itu.
Pejabat Iran lainnya mengatakan, ada faksi di Iran yang skeptis dengan penawaran Barat. Mereka lebih memilih keberpihakan dengan kekuatan seperti Rusia dan Cina, yang telah mengutuk sanksi sepihak As dan Uni Eropa.
Ia menambahkan, Presiden Hassan Rouhani mendukung kesepakatan ini karena dapat meningkatkan perekonomian. Tapi Pemimpin Tinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Garda Revolusi, lebih suka mengarah ke Timur ke Rusia dan Cina dan bukan Barat.