REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Penelitian terbaru menemukan bahwa hanya ada seperempat wanita di Australia yang menduduki posisi manajemen di sejumlah perusahaan. Kondisi ini membuat negara ini dianggap belum memiliki keseteraan gender dalam hal pekerjaan.
Tidak hanya jumlah wanita yang masih sedikit di tingkat manajerial, tetapi dari segi penghasilan pun pria di Australia menghasilkan 25 persen lebih banyak dibandingkan wanita. Penelitian ini dilakukan oleh Badan Keseteraan Gender di Tempat Kerja (WGEA) yang melibatkan lebih dari 11 ribu pekerja wanita dan sepertiga dari jumlah pekerja yang ada di Australia.
Direktur WGEA, Helen Conway mengatakan hasil dari penilaian yang dilakukan membuktikan bahwa keseteraan gender di tempat kerja masih harus menjadi prioritas. "Tak peduli bagaimana Anda melihatnya, wanita mengalami kerugian saat akan meniti karir manajemen," ujar Conway baru-baru ini.
Di tingkat manajemen senior, representasi wanita di Australia terus menurun. Jumlahnya hanya 27,8 persen yang duduk di kursi manajerial umum, sementara di tingkat lebih tinggi, yakni key managment personnel (KMP), jumlahnya mencapai 26,1 persen.
Di tingkat paling atas, atau eksekutif, presentasi wanita adalah 17,3 persen. Menurut Conway salah satu penyebabnya adalah adanya anggapan bahwa mereka yang baru memiliki anak bisa melakukan pekerjaannya, tetapi tidak untuk memajukan karir. "Seringkali ada asumsi bahwa wanita yang kembali dari cuti melahirkan tidak mengingkan kemajuan karir karena prioritasnya menjadi lebih kepada keluarga," ujar Conway.
Laporan itu mengungkapkan rata-rata jumlah remunerasi bagi wanita adalah 24,7 persen dibandingkan lak-laki. Jumlah ini dilihat dari seluruh industri dan jenis pekerjaan. Jumlah tertinggi tersebut terjadi di sektor jasa keuangan yang mencapai 28,4 persen dan di sektor asuransi sejumlah 36,1.
24 persen dari organisasi belum melakukan analisa perbedaan gaji bagi pria dan wanita. Sementara jumlah perusahaan yang telah menetapkan target untuk menambah jumlah wanita yang terlibat dalam keputusan kantor mencapai 8,8 persen.
Ms Conway mengatakan perlu adanya pendekatan strategis untuk membuat perubahan. "Sejumlah organisasi tidak mengambil pendekatan strategis untuk kesetaraan gender. Kami menemukan beberapa yang mencoba inisiatif ini, namun kemudian terputusdan seringkali hanya bersifat sementara, sehingga tidak akan ada perubahan yang berkelanjutan," katanya.