REPUBLIKA.CO.ID,KENEMA--Petugas kesehatan meninggalkan belasan mayat korban Ebola di pintu masuk rumah sakit, di kota Kenema. Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes atas kegagalan pemerintah membayar gaji mereka.
Dilansir dari Aljazirah, pekerja pemakaman di Sierra Leone telah membuang mayat di jalan di luar rumah sakit memprotes kegagalan pemerintah untuk membayar bonus untuk menangani korban Ebola.
Warga mengatakan, hingga 15 mayat telah ditinggalkan di kota timur Kenema, tiga diantaranya di pintu masuk rumah sakit untuk mencegah orang-orang yang masuk.
Kepala distrik Tim Tanggap Ebola Abdul Wahab Wan mengatakan pada hari Selasa (25/11), bahwa mayat yang diabaikan termasuk mayat dari dua bayi. Seorang juru bicara bagi pekerja, yang meminta untuk tidak disebut namanya mengatakan, tunjangan bahaya risiko mingguan mereka belum dibayar selama tujuh pekan.
Pihak berwenang mengakui uang itu belum dibayarkan. Tetapi mereka mengatakan bahwa semua anggota Tim Pemakaman Ebola yang menggelar aksi mencolok akan dipecat.
"Menampilkan mayat dengan cara yang sangat, sangat tidak manusiawi benar-benar tidak dapat diterima," kata Sidi Yahya Tunis, juru bicara untuk Pusat Tanggap Ebola Nasional.
Dia menambahkan bahwa pemerintah pusat telah membayar uang untuk tim manajemen kesehatan distrik.
"Seseorang di suatu tempat perlu diselidiki (untuk mengetahui) kemana larinya uang tersebut," katanya kepada kantor berita Reuters.
Petugas kesehatan telah berulang kali melakukan mogok di Liberia dan Sierra Leone, atas gaji dan kondisi kerja yang berbahaya. Dua minggu yang lalu, pekerja melakukan aksi di sebuah klinik di Bo di Sierra Leone.
Sierra Leone telah menjadi hotspot terbesar dalam epidemi Ebola Afrika Barat, yang telah menewaskan hampir 5.500 orang sejak Maret.