Kamis 27 Nov 2014 04:10 WIB

Mantan Direktur Mossad Cemas dengan Masa Depan Zionis

Israel's Prime Minister Benjamin Netanyahu attends the weekly cabinet meeting in Jerusalem October 26, 2014.
Foto: Reuters/Abir Sultan/Pool
Israel's Prime Minister Benjamin Netanyahu attends the weekly cabinet meeting in Jerusalem October 26, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID,  TEL AVIV -- Mantan direktur Badan Intelijen Israel (Mossad), Shabtai Shavit, menyatakan kekhawatirannya terkait masa depan zionisme. "Ini terjadi karena ada ancaman besar terhadap kita di satu sisi, dan kebutaan pemerintah serta kelumpuhan politik dan strategi di sisi lain," kata Shavit, seperti dilansir Muslimvillage, Kamis (27/11).

Kepada Haarezt, Shavit mengatakan hubungan AS-Israel telah mencapat titik terendah sepanjang sejarah. Sementara itu, Eropa salah satu sekutu terdekat juga mulai menampakkan gejala menjauhi Israel. "Tinggal menunggu waktu Eropa menjatuhkan sanksi kepada Israel," katanya.

Di bidang pendidikan, lanjut dia, Israel telah banyak kehilangan dukungan. Banyak mahasiswa Yahudi enggan bekerja untuk Israel. Dari sekian banyak sanksi, boikot, dan lainnya terhadap Israel merupakan ulah mereka.

Dari gejala itu, Shavit pun melihat keangkuhan dan kesombongan Israel yang mengarahkan konflik politik menuju konflik agama merupakan hal yang bodoh dan akan menjadi mengerikan. "Dunia Islam akan melawan Israel," kata dia.

"Solusinya, Israel harus menggandeng negara-negara Arab moderat yang dipimpin Mesir dan Saudi untuk memulai pembicara perdamaian," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement