REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Terkurung di wilayahnya sendiri sejak lahir membuat para pemuda Palestina tidak tahu seperti apa dunia di luar tembok-tembok tinggi yang membatasi mereka. Kegeraman serta penindasan yang dilakukan Israel membuat mereka kesal dan marah.
Dinding-dinding pun menjadi pelampiasan dalam menyalurkan kemarahan serta aspirasi mereka yang menginginkan perdamaian tercipta. "Dalam lukisan di dinding ini, aku merasa bebas," kata Naim Samsum, seorang pemuda Gaza, seperti dikutip Albawaba, Kamis (27/11).
Menurut dia dan juga teman-temannya, grafiti adalah alat penting untuk mengekspresikan diri dan melawan segala bentuk kekejaman Israel. "Apa yang kami inginkan adalah untuk mengirim pesan bahwa orang-orang di sini mencintai kehidupan," lanjutnya.
Banyak dari grafiti yang terdapat di Gaza 'menyentil' tindakan Israel yang terus melakukan penindasannya terhadap bangsa mereka. Selain itu, ada juga gambar raksasa dari beberapa tokoh Palestina yang terkenal seperti Yasser Arafat dan juga Sheikh Ahmed Yassin.
Di bawah dua gambar tokoh tersebut terdapat sebuah tulisan dengan huruf besar, ditulis "Ya untuk rekonsiliasi nasional."Sejak tahun 1987, dinding Gaza telah diwarnai dengan pesan-pesan politik, panggilan untuk menyerang dan rincian demonstrasi yang akan datang.
Tidak hanya itu, berbekal cat dan peralatan seadanya para pemuda juga mencatat nama-nama korban yang tewas akibat kebiadaban Israel di tembok-tembok tersebut. Fayez al-Sarsawi mengatakan bahwa menggunakan cat semprot sebagai alat politik bukanlah hal yang baru di Gaza.
"Graffiti adalah sebuah bentuk seni yang tidak memerlukan biaya banyak dan memungkinkan anda menjangkau orang-orang dengan mudah," katanya. Sementara itu, Basel al-Maqusi, yang menjalankan sebuah galeri seni di daerah Kota Gaza, mengatakan hal tersebut merupakan cara yang relatif aman untuk mengirimkan pesan dan aspirasi.