REPUBLIKA.CO.ID, Komik dan cerita-cerita pahlawan kini menjadi bagian dari perlawanan terhadap meluasnya ideologi ekstremisme di Timur Tengah. Wirausahawan asal Yordania menjadikan kisah pahlawan sebagai media untuk menyebarkan nilai-nilai anti ekstrimisme.
Komikus Suleiman Bakhit menyatakan pada The New York Times bahwa grup militan seperti Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) memanfaatkan kisah kepahlawanan untuk membantu mereka merekrut anggota. Bakhit menyatakan, grup-grup militan seperti ISIS seringkali mengajarkan terorisme sebagai sebuah perjalanan heroik.
“Ancaman terbesar di Timur Tengah ialah terorisme disamarkan sebagai bentuk kepahlawanan,” jelas Bakhit, seperti dikutip dari Al Arabiya, Senin (1/12).
Suatu ketika, Bakhit pernah menanyakan sejumlah anak mengenai siapa karakter pahlawan yang mereka sukai. Secara mengejutkan, anak-anak tersebut menyatakan mereka tidak mempunyai figur pahlawan, tapi mereka banyak mendengar kisah Osama Bin Laden dan militan Yordania Abu Musab al-Zarqawi.
Anak-anak tersebut percaya bahwa tokoh-tokoh militan tersebut melindungi mereka dari pihak Barat yang mengancam nyawa mereka. “Ini justru merupakan propaganda kisah terorisme,” terang Bakhit.
Cukup besarnya pengaruh propaganda kisah terorisme membuat Bakhit mencoba untuk melakukan perlawanan dengan mendirikan Aranim Media Factory pada 2006. Aranim Media Factory ini membuat dan menerbitkan komik serta gim video dengan nilai-nilai perlawanan terhadap ekstrimisme. Bakhit percaya bahwa komik dan gim dapat bertindak sebagai media pencegahan ekstrimise.
Pada awalnya pemerintahan Yordania menyambut baik inisiatif Bakhit ini. Lebih dari satu juta kopi komik Bakhit didistribusikan ke berbagai sekolah di Yordania.
Akan tetapi, para ekstrimis kemudian melakukan penyerangan terhadap Bakhit yang kemudian menyebabkannya memiliki bekas luka di bagian atas dan bawah mata kirinya. Semenjak penyerangan itu, dukungan dari pemerintah berkurang.