REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Banjir terparah di Prancis selatan diklaim menewaskan lima korban, Ahad (30/11). Pihak berwenang mengatakan, petugas penyelamat telah mengevakuasi tiga ribu orang dari rumahnya.
Korban terakhir yang meninggal dunia adalah pria 73 tahun. Ia tewas karena masalah jantung ketika menyelamatkan diri dalam mobilnya di jalan yang tersapu banjir di Rivesaltes, wilayah Pyreness Orientales.
Sepanjang aliran sungai Agly di wilayah tersebut, sekitar dua ribu orang berhasil dievakuasi hingga Ahad (30/11) siang. Banjir kali ini menjadi yang terparah sejak 1999. ''Kami mengevakuasi penduduk dalam 200 meter dari pinggir sungai,'' kata pemerintah, dikutip AFP.
Sekitar 560 orang telah meninggalkan rumahnya di Canet, Argeles-sur-Mer dan Barcares di pantai Mediterania. Perdana Menteri melalui pernyataan dari kantornya mengatakan situasi masih dalam kendali.
Seorang penduduk yang tinggal di Argeles dekat Massane, Kristel Gregori mengatakan ia tidak pernah melihat banjir separah ini. ''Saya sekarang 42 tahun dan tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya,'' kata dia.
Di wilayahnya, banjir telah surut tapi air masih menggenang di area seluas 20 meter. ''Ketika orang-orang bangun jam tiga pagi, air sudah satu meter di garasi,'' kata Gregori. Menurutnya, air mereda namun hujan tidak berhenti.
Selain sungai Agly, sungai Berre juga menyebabkan banjir. Level ketinggian air lebih tinggi satu meter dibanding banjir pada 1999 yang menewaskan 35 orang dan satu orang hilang.
Banjir kali ini disebabkan badai pada Kamis dan Jumat. Badai juga menumbangkan pepohonan dan menerbangkan atap-atap rumah warga.
Sekitar 250 orang dilaporkan mengungsi dari Sigean yang merupakan dataran rendah dan lagoon di selatan Narbonne.
Prancis selatan juga dihantam badai dan banjir. Total korban tewas jadi lima orang dan satu orang anak perempuan delapan tahun dilaporkan hilang di Prancis tenggara setelah badai pada Kamis dan Jumat.