REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Biaya penitipan anak di Australia kini semakin mahal sejalan dengan makin banyaknya pekerja dikabarkan meninggalkan sektor ini. Organisasi pekerja penitipan anak United Voice menyatakan, biaya penitipan mengalami kenaikan sebesar 5 persen dalam 12 bulan terakhir.
Kenaikan terbesar hampir 10 persen terjadi di Canberra disusul Tasmania hampir 7 persen.
Menurut ketua United Voice David O'Byrne data ini menunjukkan tingginya tekanan di sektor penitipan anak. Ia menambahkan, saat ini juga semakin sulit bagi orangtua untuk menemukan tempat penitipan bagi anak mereka. "Sektor penitipan anak tidak mendapat pendanaan yang memadai saat ini," jelasnya. "Banyak orangtua yang tidak bisa menitipkan anak-anaknya," ujarnya baru-baru ini.
O'Byrne mengatakan, meskipun biayanya semakin meningkat, namun gaji an kualifikasi pekerja di sektor ini tidak mengalami peningkatan sama sekali. Dijelaskan, dalam 12 bulan terakhir gaji pekerja penitipan anak hanya naik 57 sen/jam dan tetap berada di bawah 20 dolar/jam.
"Kami perlu jelaskan kepada orangtua bahwa kenaikan biaya penitipan tidak dinikmati oleh para pendidik di sektor pra sekolah ini," katanya. "Para pekerja tetap menerima penghasilan yang kurang layak."
Karena itu, kata O'Byrne, kini semakin banyak pekerja memutuskan sektor penitipan anak.
"Rata-rata 180 pendidik di penitipan anak mengundurkan diri setiap minggunya di seluruh Australia," jelasnya.
Tanpa dukungan pendanaan yang memadai, sektor ini tidak akan mampu mencegah eksodus dan akan kesulitan mendapatkan tenaga pendidik yang berkualifikasi baik. O'Byrne mengatakan, sebenarnya kalangan orangtua anak menghendaki adanya perbaikan gaji bagi pekerja penitipan anak.
Ia mengatakan, para pekerja ini terjebak di antara orangtua yang bebannya makin berat dengan biaya penitipan yang mahal serta pendanaan pemerintah yang tidak memadai terhadap sektor ini.