REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat perpolitikan Timur Tengah, Azyumardi Azra, menilai, pernyataan Paus Fransiskus mengenai Islam perlu dihargai. Sebab, pernyataan pemimpin umat Katolik dunia itu turut meredakan tensi konflik di Timur Tengah belakangan ini, khususnya terkait peperangan yang dipicu kalangan ekstremis agama.
Dibandingkan dengan paus sebelumnya, yakni Paus Benedict, yang menyatakan secara implicit, Islam sebagai agama yang pro-kekerasan.
“Pernyataan Paus Fransiskus rekonsiliatif,” kata Azyumardi Azra saat dihubungi, Senin (1/12) di Jakarta.
Sebelumnya, Paus Fransiskus mengatakan dalam sebuah kunjungan di Turki, bahwa Islam bukan agama kekerasan. Pernyataan ini, menurut Azra turut meredakan tensi islamophobia di Barat. Selain itu, lanjut Azra, secara tidak langsung Paus Fransiskus juga memperbaiki citra Islam yang tercederai oleh tindakan kelompok garis keras, semisal ISIS. Ini jauh berbeda dengan sikap paus lain sebelumnya.
“Adalah Paus Benediktus yang sebelumnya menghubungkan Islam dengan kekerasan,” kata Azra.